“Mungin nggak aneuk Atjeh jadi Presiden Indonesia?”
Kenapa tidak?
Dulu banyak tokoh luar Jawa seperti Hatta, M. Natsir, Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap sangat diperhitungkan untuk memimpin Indonesia. Mereka dipilih masyarakat seluruh Indonesia sehingga mencapai posisi seperti itu.
Orang Jawa sendiri tak pernah fanatik harus orang Jawa yang menjadi Presiden. Contoh paling kecil, Presiden PKS saja Tifatul Sembiring. Pendukungnya jelas mayoritas orang Jawa. Sultan yang orang Jawa saja nggak didukung untuk menjadi presiden.
Anehnya, wacana presiden harus orang Jawa itu justru dikembangkan oleh orang luar Jawa.
Pernah ketika Pemilu dulu, sejumlah mahasiswa asal Jawa mengusung nama Xanana Gusmao sebagai calon presiden. Mungkin meledek, tapi itu justru dapat respon bagus. “Ya, untuk apa Xanana memerdekakan Timor Timur. Mendingan mencalonkan diri sebagai presiden. Tapi toh, Xanana lebih suka memimpin Timor Lorosae.
Mungkin saja kalau Bang Irwandi mencalonkan diri sebagai presiden juga dapat dukungan kuat dari luar Aceh. Dulu, Pak Bustanil Arifin, putra Aceh, cukup disegani bahkan juga pernah disebut-sebut salah satu tokoh yang akan menggantikan Pak Harto. Sayangnya, Pak Harto nggak turun-turun, sampai mereka sudah sama-sama tua sekarang.
Daud Bereueh juga mendapat dukungan dan simpati dari kalangan terpelajar di Jawa. Alasannya karena memperjuangkan Syariat Islam. Begitu juga alm Buya Ismail Hasan Metarium. Mereka ini adalah tokoh-tokoh Aceh yang sangat disegani di sentero negeri.
Konon Pemilu 2009 akan muncul tokoh-tokoh muda. Ada Din Syamsuddin, Yusril Ihza Mahendra, dan banyak lagi. Mereka bukan orang Jawa, tapi sudah menjadi milik bangsa ini.
Lalu siapa aneuk Atjeh yang punya keberanian mencalonkan diri jadi presiden?[]