Pak Samsul sedang dilanda bahagia yang tiada tara, setelah penantian panjang, akhirnya cucu pertamanya lahir juga.
“Hanya aku yang boleh memberi nama untuknya. Cucuku itu harus menjadi orang yang hebat,” Kata Pak Samsul saat menunggu ban motornya ditambal Pak Cek.
“Jadi siapa nama yang akan kau berikan?”
“Itulah masalahnya, sudah sebulan ini aku belum menemukan nama yang cocok untuknya. Susah sekali memadupadankan nama dengan suku kata do.”
“Mengapa meski do, apa bagusnya nama dengan suka kata do.”“O… Pak Cek, masih kapan main ente, apa Pak Cek tak tahu, orang-orang yang memiliki nama bersuku kata do selalu menjadi orang hebat,” Kata Pak Samsul sedikit tersinggung.
“Pesepak bola yang paling terkenal dahulu ada do-nya juga, yaitu, Diego Armando Maradona, ada juga Ronaldo dan Cristian Ronaldo. Penyanyi yang paling terkenal pun memiliki suku kata do pada namanya, seperti Madonna. Komedian yang paling terkenal di warkop pun sama, Dono. Bahkan di Aceh sendiri, orang hebat itu juga memiliki suku kata do.”
“Memangnya siapa orang Aceh yang hebat.”
“Dokaha. Bukan hanya manusia anjing pun bisa hebat dan terkenal bila namanya ada suku kata do, seperti Scobidoo, Sampai tokoh kartun yang paling popular pun pakai do, itu yang sering di tonton anak-anak, Donal Bebek dan Doraemon.”
Begitulah Pak Samsul berpanjang cerita, wawasannya memang lebih luas dari Pak Cek, sampai nama-nama tokoh kartun pun dia tahu betul.
“Ah, bukan sebaiknya memberikan nama anak yang baik artinya seperti terdapat dalam Alquran, nama nabi, istri nabi, sahabat nabi, atau ulama.”
“Banyak yang nama Muhammad, tapi akhlaknya sedikit pun tidak terpuji, merusak nama nabi saja. Ada juga Saleh, tapi sama sekali tak saleh, atau Amin, yang artinya dipercaya, tapi suka khianat.”
Beberapa minggu kemudian, ban motor Pak Samsul bocor lagi, kali ini yang ban depannya.
“Apa kau sudah menemukan nama yang cocok untuk cucumu?”
“Sudah Pak Cek, elok sangatlah namanya.” Katanya bangga, “Widodo”, lanjutnya “Biar kehebatannya doble, do-nya juga harus doble.” Pak Samsul senang bukan kepalang, padahal ayah si bayi sama sekali tak setuju dengan nama itu.
“Tak ada Aceh-Acehnya sama sekali.” Komentar anak pak samsul yang baru jadi ayah itu.