Cang panah, si go cang dua boh keumah. Cang panah, ateueh on pisang boh bu tamah. Hai rakan hai polem, aduen adoe ban sigom naggroe tajak meujandreng.
Cang panah, Polem! Kali ini kita cang perkara selebriti jadi wakil rakyat di pulau Jakareuta itu. Kita boleh cang saban sari, sebab selebriti tak ada di sini. Kita cang kanan kiri, jangan takut kita akan meugeutah nanti. Kalau didhet, kita blie, kalau dikejar kita lari. Tentunya bukan nyang cang saja kena getahnya, tapi namanya saja cang panah, ya getahnya keciprat ke mana-mana.
Kata nabi kita, kalau pilih peumimpin harus yang terpelihara dari sifat fasiq. Nah! Lihat dunia selebriti itu, apakah pantas mereka jadi peumimpin di lembaga dewan. Ada orang bilang, jangan bawa-bawa agama dalam urusan negara. Begitu kata para sekularian. Jangan bawa-bawa agama? Nah! Cang panah. Saboh tacang, dua boh keumah.
Beberapa waktu lalu, kita ada baca di media-media massa, ada orang bilang, bahwa selebriti jadi anggota dewan itu takkan korupsi. Itu katanya, kata-kata promosi para selebriti. Ah, itu sebenarnya perkara orang Jakarta. Kita tak ada urusan, selain tumbuh-tertanam pandangan, bahwa orang dewan di sana itu adalah orang orang sedang berakting. Namanya saja selebritis. Yah, berakting saja. Yang penting selalu masuk tivi.
Cang panah, sigo cang dua keumah. Nyang nak mat nanggroe peureute klok bu tamah. Cang panah, cang panah, Polem! Taduek beu meusigak sira jak takhem khem. Ayo, kita kembali pada selebriti itu. Orang orang yang selalu berpura-pura. Tapi katanya, mau menyusun undang-undang negara.
Bukan selebriti itu saja yang patut dicurigai oleh tukang cang panah di mana saja, semuanya patut dicurigai, karena kita hidup di zaman penuh curiga. Karena ini zaman penuh curiga, maka kita boleh mencurigai siapa saja. Tepatnya, orang yang tak bisa dipercaya selalu mencurigai orang lain. Ini cang panah, satu dicang, dua keumah.
Kita boleh mencurigai orang yang masuk ke sekolah segala tingkat dan jurusan dengan kunci uang. Itu dia calon koruptor! Seperti mantan pejabat itu, yang meniduri pembantunya. Ia terkena getah panahnya sendiri.
Begitulah contoh orang yang waktu masuk kerja lewat pintu sogok-menyogok. Cang panah! Kita kembali lagi pada selebriti itu. Bagaimana orang sedia berpura-pura demi uang mau jadi tukang rancang udang-undangan, eh, kalau udang dan undangan tak apa-apa.
Polem! Kadang cang panah adalah marah serapah orang yang terjajah. Orang terjajah yang tak bisa melawan arah sejarah. Itu kata si Harun di gampong lon. Gampong nyang le bak panah. Koran ini membuat rubik cang panah karena senasib dengan orang yang cang panah di sinan, tapi boh panah nyan han jitem beukah, jadi payah tacang tiep uroe Tuhan.
Mengapa tak bisa beukah boh panah, bukan seperti boh puyoh? Mungkin karena boh panah nyang tanyoe cang adalah boh panah ka meuburong. Boh nyang ka meuburong han jitem masak le, jadi kalau kita cang, ia tak akan beukah-beukah, walau pun kita cang dengan sejuta pedang, apalagi kita cang panah dengan sikin dapu meugeuratan, teunte jih han meujan beukah, Polem.
Begitulah nasib gampong geutanyaoe. Dan, hana pue tapreh boh panah beukah, menyoe cit tapreh, saban cit seperti kita preh boh geureuda ceh hideh di Jambo Aye, Pase.
Kita pulang lagi pada selebriti yang mau jadi anggota dewan di negara ini. Tapi ada baiknya juga kalau mereka jadi tukang susun undang undangan negara kita, karena itu bisa diterima kalau nanti tak bisa dijalankan, namanya saja sedang berakting. Kiban, Polem, awak itu saban seperti kita juga, suka cang panah, tapi mereka cang panah di lembaga dewan, bukan seperti kita, cang panah di Koran begini dan di keudee kupi.[]
cangpanah,,poh rantam,peh teem,pat beda?