AKU melihatmu pagi itu masuk ke ruangan kantor tepat ketika beberapa pegawai di dalamnya sedang berbicara tentang kau. Tetapi pembicaraan itu sontak terhenti sebaik mereka melihatmu di ambang pintu.
Tentu kau dapat merasakan hal itu dari tingkah mereka yang tiba-tiba kelihatan kurang terukur dan serba salah. Ada yang seketika membahas tentang sesuatu seakan-akan sambungan dari pembicaraan tadi namun tanggapan dari lawan bicara agak gagap dan itu kelihatan dari tatapan mata mereka.
Dan di meja yang lain kau dapat melihat ada yang tiba-tiba mencomot koran di atas meja seberang namun dari tatapannya tampak dia tidak sedang terfokus pada suatu kawasan bacaan tertentu. Lalu ada pula yang tanpa sadar menatap ke arahmu tapi fokus matanya kelihatan linglung dalam senyum yang tanpa tema.
Kemudian aku melihatmu segera menggabungkan diri di antara teman-teman wanita dan pria sekerjamu dengan sikap biasa seakan-akan kau samasekali tak sempat membaui aroma gosip terhadap dirimu itu. Dan tanpa mengatakan apa pun kecuali ucapan assalamu’alaikum ketika masuk tadi, kau memaraf absen hadir lalu seperti ada sesuatu yang harus kau lakukan sesegera mungkin di ruangan lain, kau meninggalkan kelompok kerabat kerjamu.
Nah, memang kerap terjadi dalam kehidupan, terutama dalam sebuah organisasi profesi seperti di kantor pemerintah dan swasta. Di sini, sebagaimana dalam komunitas kehidupan biasa, fokus tohokan gosip bisa menimpa siapa saja. Bahkan presiden sekalipun.
Pada dasarnya semua manusia menginginkan hidupnya baik dan dipuja. Tetapi peruntungan yang menimpa tak selamanya selurus garis tujuan terencana. Badai kemirisan dan keaiban hidup yang terlanjur menimpa seseorang, acap membuat dia jadi titik fokus cuap-cuap miring rekan-rekan di tempat kerja.
Berhadapan dengan hal-hal seperti itu, dibutuhkan mental bijak lebih dari ukuran mental biasa dari orang-orang atau pegawai-pegawai yang kebetulan tengah ditimpa kisah kehidupan pribadi dan dugaan pelencengan amanah profesi yang memancing cibiran dan arus pembicaraan miring lingkungan instansinya.
Tapi di sini aku ingin menawarkan satu metode, bahwa pada saat kau yang tengah ditimpa kemalangan ini kebetulan pas terbentur dengan aliran arus gosip terhadapmu, hendaklah kau segera berada di sudut ruangan lain yang masih sepi, berdiri menarik nafas panjang, mencoba menyadari diri yang selama ini jadi bahan pembicaraan rekan-rekan sekerja dan, lalu mencoba membebaskan diri dari semua pengaruh itu agar kau bisa menjalani hari-hari kerja tanpa beban, tentu seraya membatin-batin untuk menyemangati diri-sendiri.
Ya, menyemangati diri-sendiri, misalnya dengan kata-kata, “Kini kehidupan pribadi saya telah menjadi bahan pembicaraan bagi orang-orang di lingkungan dan tempat kerja saya. Dari semua pembicaraan itu kalian tentu mengecap perasaan puas. Dari semua itu semoga kalian dapat memetik pelajaran dan hikmah kehidupan. Di sini ternyata saya dan apa yang tengah saya alami dalam kehidupan saat ini adalah penting bagi kalian, menjadi patokan baik-buruk, jadi contoh akibat dari perilaku patut-tak patut, jadi inspirasi. Semoga bermanfaat,” Dan ini adalah metode therapi psikhis yang menurutku paling sederhana namun paling efektif dan paling mampu dilakukan setiap orang.
Dan memang kau harus mampu agar tetap sirvive untuk lebih berdayaguna dan demi perubahan di masa depan, terutama bagi pegawai yang kebetulan tengah ditimpa kisah keaiban hidup pribadi atau yang tengah dilanda dugaan pelencengan amanah profesi. Lihatlah, Pak SBY saja yang seorang presiden sebuah negeri besar ini mau menanggapi sebuah SMS liar yang tak ada gunanya. Nah, itu juga bagian dari metode therapi untuk diri-sendiri.
Tapi buat kau aku berharap, kalau ada gosip miring terhadapmu yang isinya samasekali tidak benar, abaikan saja. Jangan tanggapi. Biarkan dia berlalu bagai angin senja yang keesokannya akan sirna juga diterpa bayu sepoi pagi hari. Kalau memang tidak benar, jangan tanggapi.[]