Penganggur

Saya adalah gubernur bagi sejumlah lembu, kambing, beberapa jenis unggas dan semua jenis peliharaan di areal peternakan saya. Anda adalah gubernur bagi toko rempah-rempah dengan sejumlah pekerja yang tubuhnya selalu berbau kayu manis.

You, yang di sana itu, kamu adalah gubernur bagi kebun cabai tepi gunung dengan sejumlah monyet yang tak mungkin kamu tandai wajahnya padahal itulah rombongan primata yang menjadi pihak oposisi bagi pemerintahanmu tiap hari dengan tingkah mereka yang sembrono, baik ketika memetik pucuk-pucuk cabai yang manis maupun saat mengejar belalang yang tersesat di areal kebun hingga mematahkan banyak batang cabai dengan sia-sia.

Dan anda juga, anda adalah gubernur bagi keluarga anda. Dan kamu, sebagai seorang penulis kamu adalah gubernur bagi tulisan-tulisanmu, begitu juga bagi pembaca-pembacamu dengan sebagian di antara mereka adalah penghujat yang cendrung memancing adrenalinmu hingga terkadang tanpa sadar sikap arogan sebagai bakat azali kemanusiawianmu meninggi mencapai puncak dan seandainya bukan karena isterimu rajin mengedit dengan sentuhan kelembutan jiwanya sebagai prosais liris kau akan cedrung membikin cacat unsur demokrasi dalam kolom-kolommu.

Begitulah Tuan-tuan, kita adalah gubernur bagi segenap wilayah kekuasaan kita. Bagimu yang di sudut itu, yang itu tuh, yang cuma memiliki diri-sendiri sebagai lelaki muda sebatang-kara dengan utak meusapat ngon takue dan pruet mesaboh ngon kreh, kau juga adalah gubernur bagi alam tubuhmu dan semesta jiwamu yang terkadang untuk mengurus rasa lapar karena tak ada uang untuk masuk ke warung nasi dan untuk mengurus hasrat bio-ragawi yang terkekang lantaran sejumlah persyaratan adat, hukum negara dan syariat yang tak mampu kau penuhi, kau sampai keblinger melebihi seorang Irwandi Yusuf, Muhammad Nazar, Hasbi Abdullah, Iskandar Hasan, Adi Mulyono dalam mengurus Aceh di dua langkah menuju Pemilukada 2011.

Jika setiap kita adalah gubernur bagi setiap apa yang kita kuasai, maka suatu interval waktu pasti akan menghantarkan kau pada suatu Pemilukada sesuai versi kekuasaan masing-masing.

Bagi saya sebagai seorang penganggur, Pemilukada adalah ketika saya dihadapkan pada sebuah kesempatan pekerjaan yang juga diperebutkan oleh sekian banyak penganggur lainnya.

Dan di sana, bila saya menang, saya tentu akan memiliki pekerjaan dengan berbagai tanggung jawab terhadap pekerjaan tersebut yang sekalian diserta dengan sejumlah perolehan, baik bulanan atau harian dan perolehan-perolehan lainnya, baik resmi atau tak resmi, legal atau illegal.

Dan konsekwensi berikutnya, kelak, saat masanya telah tiba, baik dalam wujud kehabisan kontrak, atau kalah bersaing dengan sejumlah peminat lain kedudukan itu, saya harus meninggalkan kursi tersebut, ikhlas atau tidak, dengan lapang dada atau pikiran sokmok, dengan kebanggaan atau malah penyesalan, dengan tenang atau bahkan jadi gila karenanya.

Intinya, kalau kau berani mencitrakan diri sebagai gubernur, kau harus tahu bahwa di depan ada Pemilukada. Dan Pemilukada itu disepakati bukan justru untuk memilihmu kembali, tetapi untuk membuang dengan resmi figur-figur sampah yang tidak ada arti. Dan bila ternyata di sana yang terpilih justru kau, kawan, maka di sini akan kukatakan, bahwa ternyata kau sendiri sangat takut jadi penganggur, bukan?■

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.