Lama tak jumpa, Tuan sekarang sudah hebat. Tak heran memang, dulunya Tuan adalah aktivis, pro masyarakat, pembela kebenaran, pantang pelihara kebohongan. Lalu musim berganti, raja nagari bertahta itu rekan Tuan. Tak heran jika Tuan sekarang sudah berubah. Berubah segalanya. Tuan telah jadi ahli map.
Tapi tak apa Tuan, saya bukan orang SMS (senang melihat orang susah, juga bukan susah melihat orang senang). Hanya mengapa menjadi begini Tuan? Tak berapa lama, saat Tuan sudah ada dalam pusaran kekuasaan, kepribadian Tuan berubah. Tak heran memang, tapi mumang.
Lalu Tuan menjadi seorang ahli map raja nagari, jelas saja ada yang berubah, pakaian sekarang yang Tuan pakai sudah mahal. Cincin batu khas nagari kita juga terbungkus suasa, pasti mahal harganya. Padahal honor seorang ahli map tak seberapa, Tuan main proyek ya, atau berapa kepala dinas yang sudah Tuan tembak.
Terus HP Tuan yang ketinggalan jaman itu sudah dijual ya Tuan, sekarang berganti dengan HP E 90, mantrap lah Tuan. Hikayat mujur semakin menyatu dengan Tuan, siapa yang berani lawan Tuan. Mmaklum, kalau ada yang berani lapor atas kebusukan Tuan, Tuan juga buat laporan ke pemimpin nagari. Tuan ada di jalur hijau, jelas saja asal tak ketahuan makan hak orang.
Kalau ada yang berani macam-macam sama Tuan, habislah pejabat itu. Kalau tidak dipindah ke kecamatan pedalaman ya ditugaskan u miyup bak siren (begitu dinamakan untuk pejabat nonjob di nagari kita). Tuan sekarang disegani, tuan boleh ahli map, tetapi lebih berkuasa dari tumenggung kerajaan.
Tapi Tuan, mesti saya bukan SMS, saya tidak suka dengan Tuan, misalnya Tuan suka merongrong pegawai untuk segera mengurus amprahan dana untuk mengecat dinding kerajaan nagari yang Tuan kelola bersama dengan CS Tuan, kawan saya juga memang. Pasalnya Tuan pakek ancam dan gunakan pengaruh Tuan untuk itu. Jangan begitu kejam lah Tuan. Ingat dunia berputar. Sekali di atas sekali di bawah.
Lalu Tuan, anda menuduh semua merpati di nagari kita telah membongkar aib busuk nagari yang dipimpin teman Tuan, itu tuan cat di dinding milik kerajaan. Tuan tuduh para merpati telah membawa kabar yang tidak objektif selama ini untuk dikonsumsi masyarakat. Tuan memang semakin menjadi pembual dan pecundang. Pemelihara kebohongan.
Satu contoh Tuan, cerita tentang sebuah lokasi kandang unta milik nagari di bagian timu, di dinding milik nagari yang Tuan kelola dan seorang pejabat nagari yang juga tak kalah “bualnya” dituliskan serba wah Tuan. Tidak sekejapun dikatakan yang sebenarnya. Padahal sudah empat tahun kandang unta itu belum bisa digunakan dan sudah ditumbuhi belukar. Tuan memang sudah tidak nalar, semenjak jadi ahli map yang amat berkuasa di rimba persilatan pejabat. Yang benar Tuan nilai salah, yang salah pula benar.
Yang terbaru Tuan, pada seleksi penerimaan punggawa kerajaan nagari baru lalu. Tuan lulus menjadi pendidik kerajaan di sebuah sekolah anak, selamat Tuan. Tetapi kenapa setelah Tuan menerima beslot kerajaan nagari, Tuan masih jadi ahli map ke ruangan pejabat kerajaan nagari, apa tak kasian itu di tempat Tuan lamar kemarin masih kekurangan tenaga pendidik kerajaan.
Ah…sudahlah Tuan, O ya Tuan, apa gandum yang kemarin diberikan pejabat kerajaan masih cukup. Simpan Tuan, ini sedang pemasan global, mana tahu nanti semua tumbuhan tak hidup dan gagal panen. Lalu dinding itu cat yang bagus Tuan, pakai topeng Tuan agar tak terlihat. Saya tidak mau ikut cat dinding nagari, karena pengurus dinding dapat sapi, saya hanya dapat cekernya saja. Dasar Tuan topeng ahli map.[]