Catur merupakan permainan pengganti seni perang. Mempelajari permainan catur, menunjukkan kita cara dan taktik menghancurkan kekuatan lawan. Tujuan akhirnya adalah membunuh sang raja.
Catur sepanjang sejarahnya telah menjadi permainan perintang waktu dan dipertandingkan dalam even internasional. Namun kali ini saya tidak menulis tentang pertarungan para grand master catur dunia dengan bidak mainannya, tapi sekedar mengulas bagaimana permainan itu telah menjadi permainan favorit para petinggi mancanegara sejak zaman dahulu.
Ada pemimpin-pemimpin militer hebat yang mengatir taktik perangnya dari caranya bermain catur. Apa yang dipraktekkannya di papan catur menjadi strateginya di medan tempur dalam menghalau lawan, mulai dari William si penakluk sampai Napolen Bonaparte yang terkenal itu.
Bagi mereka, dalam permainan catur, dua bagian papan catur yang memain bidak-bidak masing-masing merupakan dua bagian pertandingan antar musuh yang berlawanan. Prinsip-prinsip, strategi dan taktik catur yang sama akan mereka tunjukkan dalam perang sungguhan.
Pemain catur dan panglima perang, sama-sama memiliki pandangan jauh ke depan dalam taktiknya, serta memainkan bidak dan pasukannya dengan penuh perhitungan. Mereka adalah panglima di meja catur dan medan laga. Keduanya sama-sama memiliki perkiraan tentang cara dan strategi musuh, hingga setiap langkah yang akan diambilnya merupakan upaya menyerang sekaligus bertahan melindungi raja masing-masing. Maka terkenallah sebutan dalam permainan catur bahwa pertahanan yang baik adalah menyerang.
Lebih jauh lagi, di benak para pemain catur dan panglima perang, mereka sama-sama memiliki kekuatan pengambilan keputusan disertai kosekwensi yang muncul dari langkah yang diambilnya. Langkah-langkah yang berujung pada satu tujuan, yakni membunuh sang raja di meja catur, dan menaklukkan kekuasaan sang raja di medan perang sesungguhnya.
Tujuan asli bermain catur adalah membunuh raja, sama dengan perang yang bertujuan menangkap raja untuk mengambil alih kekuasaannya. Sejarah-sejarah klasik telah membuktikan hal itu, bagaimana taktik perang dan taktik di meja catur di satukan menjadi taktik agresi untuk menyerang kekuasaan musuh dan taklukannya.
Dalam catur tujuan sesungguhnya dari setiap langkah bidak adalah “skak mat” terhadap raja lawan. Langkah-langkah menuju skak mat itu merupakan sebuah pertualangan di papan catur yang membawa pikiran memainkan strategi dan konsekwensi setiap langkah dari kotak-kotak di papan catur itu.
Paul Morphy, juara catur abad kesembilanbelas telah menunjukkan bahwa permainan catur yang lebih tinggi dimulai setahun setelah kematian mendadak ayahnya yang tak terduga, yang sangat mengejutkan dirinya. Usaha Morphy untuk menjadi yang terbaik dalam dunia catur bermula dari peristiwa ini, bagaimana ayahnya yang menjadi “raja” baginya meninggal secara tiba-tiba. Ia bangkit untuk menjadi “raja” bagi dirinya sendiri menggantikan sang ayah.
Oleh Ernest Jones (1951) dalam The Problem of Paul Murphy digambarkan bahwa usaha Murphy untuk mencapai keunggulan dalam dunia catur bagaikan drama Hamlet karya Shakespare dan buku The Interpretation of Dreams karya Freud. Apa yang dilakukan Murphy merupakan reaksi terhadap kematian ayahnya itu.
Ernes Jones dengan piawai menulis cara Murphy menuai kesuksesannya. Kesuksesannnya semakin hebat hingga kemudian ia jatuh dari itu. Ini mungkin yang disebut oleh Frued dalam The Interpretation of Dreams sebagai Die am Erfolge schietern, yakni orang-orang yang dihancurkan oleh kesuksesan.
Murphy takut terhadap kesuksesannya sendiri. Freud menerangkan bahwa orang-orang yang hancur di bawah tekanan kesuksesan yang terlalu besar mengalami kejadian seperti itu karena mereka hanya bisa bertahan menghadapinya dalam khayalan mereka saja, bukan dalam kehidupan nyata.
Menggerakkan bidak-bidak di papan catur dengan pikiran dan tekanan bidak-bidak lawan, merupakan pertualangan hebat yang hanya ada dalam benak si Murphy dan pecatur lainnya, tapi ketika itu dihadapinya di dalam kehidupan nyata, ia menjadi tidak siap, seperti Murphy yang tidak siap dengan kesuksesan besarnya sebagai pemain catur ternama, hingga ia dihancurkan oleh kesuksesannya sendiri.*