Mendengar kabar bahwa masa kepengurusan Warga Himatukulbasin telah berakhir, timbul niat Pengko untuk mengajukan diri menjadi Ketua Warga Himatukulbasin periode selanjutnya. Hal ini dilakukan Pengko untuk merealisasikan mimpi-mimpinya membangun Himatukulbasin yang selama ini tenggelam hingga ke pusar peredaran. Bahwa Himatukulbasin dulunya adalah jurusan yang disegani oleh seluruh jurusan lainnya di Universitas Shah Alam, ini yang ingin kembali digaungkan Pengko. Maka, jauh-jauh hari sebelum pemilihan ia sudah merencanakan beberapa program kerja dengan berdiskusi bersama para petua di sana.
Awalnya Pengko adalah calon tunggal pada pemilihan itu setelah Wak Dun—mantan Sekretaris Warga Himatukulbasin—mengundurkan diri dari bakal calon ketua warga karena dilarang dan diiming-imingi kedudukan lain oleh Kepala Jurusan. Namun, kemudian rupanya ada pula yang mendaftar menjadi calon, seorang perempuan yang pandai di ruangnya, adik angkatan Pengko. Hal ini tidak menyurutkan niat dan keyakinan menang lelaki berparas tampan rupawan ini. Malah Pengko mulai sibuk mengumpulkan pendukung untuknya pada hari H nanti.
Pengko mendapatkan nomor urut 1, otomatis lawannya mendapat nomor urut 2. Masalahnya saat ini adalah segenap kawan dari Pengko sudah pulang kampung, sedangkan kawan dari lawannya itu hampir semua masih berada di kampus. Pengko kemudian mengajak Shakir menjadi tim suksesnya, selain dari Manyak yang kurus dan Solomon—abang angkatan Pengko yang cerdas tak alang kepalang.
Solomon dan Manyak bergerak melalui media online dan—musabab kedua lelaki itu berwajah tampan, walaupun tak setampan Pengko—mereka juga bertanggungjawab menarik suara para mahasiswa perempuan. Dari jauh ia juga mengharap Wak Lah mendoakannya dengan sedikit bernazar walaupun ia yakin doa atau nazar Wak Lah jauh dari mungkin untuk dijabah. Pengko mulai mengumumkan visi dan misinya di beberapa tempat. Ia hendak membangun kembali Himatukulbasin dengan kreativitas. Selama ini Himatukulbasin hanyalah sebuah nama besar yang di dalamnya hanya ada beberapa orang kreatif, selebihnya hanya menjadi tukang kuliah. Ia ingin menggemakan lagi Himatukulbasin di segenap penjuru dengan kreativitas seluruh mahasiswanya.
“Kita selalu mengandalkan nama besar. Selama ini pemimpin warga demikian pelit untuk menggontorkan sedikit dana untuk mendukung kreativitas anggota warga. Semacam ada keinginan untuk menyekat kreativitas. Kita memiliki banyak sekali dana yang kalau benar-benar tepat digunakan akan membangun kembali nama besar Himatukulbasin. Telah saatnya orang cerdas dan kreatif yang memimpin Himatukulbasin. Kita tidak perlu uang banyak untuk membuat acara kecil. Kita semua orang kreatif dan mampu bekerja maksimal tanpa ada iming-iming uang. Maka, saudara-saudara sekalian, jangan salah pilih. Pilihlah nomor 1, Muhammmad Pengko Khan. Manakala yang cerdas menjadi pemimpin, maka rakyat akan akan lepas dari keterkungkungan mental dan keawaman kreativitas. Kita mahasiswa yang merdeka, maka mari mengubah semua ketertinggalan menjadi kemajuan.” Ujar Pengko berapi-api di depan khalayak. Semua bersorak. Mendengar niat Pengko yang begitu baik dan kreatif, Shakir di sudut ruang tak tahan membendung haru. Ia menangis sembari berdoa semoga banyak yang memilih nomor 1.[]