Heboh. Berita berjudul “Irwandi Ditangkap Polisi” meraih urutan terpopuler pekan ini. Irwandi adalah nama gubernur Aceh. Celoteh Jailani, tentu masyarakat (mungkin) sangat senang ketika Irwandi ditangkap akibat terbukti berkorupsi atau menendang penuduh zina terhadap dirinya, misal.
Hahaha. Ari tertawa kemudian. Ternyata Irwandi yang dimaksud sang koran bukanlah Irwandi sang gubernur Aceh. Tetapi ini adalah, “Irwandi langet, toh ek meupret-pret (Irwandi langit, buang hajat mencret-mencret),” gurau Ari. O, bukan. Yang dimaksud di koran itu ialah seorang buronan polisi yang kebetulan bernama Irwandi. Hehe.
Kenapa bisa populer? Ini karena mengandung salah satu nilai berita yang disebut proximity (kedekatan). Nah, kata Jailani, kalimat “Irwandi Ditangkap Polisi” jelas akan menjadi perhatian pertama pembaca di antara beberapa judul berita lain yang terbit hari itu. Karena Irwandi merupakan nama seorang public figure Aceh; Pak Gubernur yang berkaca mata itu. Tentu nama “Irwandi” dekat betul di telinga, lidah, mata, dan otak orang Aceh maupun di luar Aceh seperti Arnold Schwarzenegger (aktor Hollywood yang jadi gubernur negara bagian California, Amerika Serikat) yang pernah dijumpai Pak Irwandi di California ketika ia “jalan-jalan” ke benua Amerika.
Misal kamu Jailani jadi presiden Republik Indonesia, lalu ada berita dengan judul, “Diam-diam Pak Jailani Memperkosa Keponakannya”, tentu akan menjadi berita yang sangat hangat. Tapi ketika dibaca, sambung Ari, “Ah, kecewa pembaca. Ternyata yang dimaksud Pak Jailani di berita itu adalah seorang pedagang asongan. Heh, kena tipu. Judulnya lebay.” Begitu pasti komentar pembaca. “Bila saya jadi redaktur koran, tentu akan menuliskannya begitu juga. Tapi berusaha untuk tetap menghindar dari cap ‘koran kuning’, yaitu koran yang suka bikin judul bombastis (sensasional) tapi isinya ternyata tidak seperti yang dijudulkan,” ungkap Jailani.
Mereka juga teringat pada kisah dosen mereka yang bernama Zainuddin. Sang dosen hampir saja dihajar massa suatu kali. Dikira dosen mereka itu adalah Zainuddin dalang utama penyebar aliran sesat (Millata Abraham) di Aceh. Beruntung sang dosen tak sampai dibal-bal khalayak. Salah tangkap.
Jailani, Ari, dan Brahim juga sering menertawai Isan ketika mereka masih di bangku SD. Mereka bilang: Isan ganteng deh; Isan orangnya putih; ganteng; tinggi; pintar; dan kaya. “Tapih kon Isan nyoe, Isan langet. Toh ek meupret-pret.” Hahaha.
Nah, lagi-lagi kena calon pemimpin. “Jangan sampai kita memilih pemimpin-pemimpin langet nanti. Bek sampe geutoh ek meupret-pret ateuh muka rakyat. Hahaha.” Mereka tertawa sambil kunyah kacang kwaci.[]