Malam berangsur-angsur rebah, Amanruf yang sudah dua hari begadang akhrinya tumbang juga. Di atas panteue jaga yang lantainya mulai digeroroti rayap. Amanruf membalaskan dendamnya. Ia terlelap dan hanyut dalam buaian sang mimpi. Ia sama sekali tak peduli dengan tugasnya, jaga malam.
Aku meneguk kopi berkali-kali, udara yang sangat dingin ditambah hujan gerimis sungguh sangat nikmat bila tidur sambil berselimut. Tapi manakala mendengar dengkuran Amanruf lenyaplah hasrat itu. Di tengah rasa kantuk yang mendera, aku masih bertahan di depan papan catur.
Beberapa orang sibuk dengan ponsel mereka menikmati layanan internet gratis malam hari. Sementara yang lain terlibat dalam obrolan serius seputar sepak bola. Tepatnya masalah persatuan sepak bola gampong kami yang tak pernah menang dalam berbagai kompetisi.
Menjelang pemilihan kepala gampong, jaga malam di gampong kami kembali diperketat. Apalagi keadaan gampong kami memang agak kurang kondusif akhir-akhir ini.
Di tengah suasana hening, aku terperanjat oleh suara dentuman dinding jambo jaga yang dipukul kuat-kuat. Amanruf yang tidur pas di sisi dinding terlonjat dari tidurnya, ia kaget setengah mampus.
Ia mencoba berdiri tegak, tapi tubuhnya tetap oleng seperti orang mabuk. Wajahnya ia sangar-sangarkan sambil bertolak pinggang, ia memaki dua anggota keamanan yang berseragam lengkap.
“Ow, jadi kalian yang mengacau di sini, kurang ajar betul,” hardik Amanruf. Anggota keamanan yang merasa dilecehkan harkat dan martabatnya itu naik spaning. Tanpa tendeng aling-aling ia menarik kerah baju Amanruf.
“Apa kau, berani melawan kau rupanya, memangnya kau siapa. Disuruh jaga malam, malah enak-enakan tidur,” gertak salah satu anggota keamanan itu sambil mengangkat kerah baju Amanruf lebih tinggi. Sampai-sampai mulut Amanruf tak kelihatan lagi.
“Aku wartawan,” jawab Amanruf.
Dengan gugup, anggota keamanan itu melepaskan cengkraman tangannya dari kerah baju Amanruf, lalu merapikannya dengan sangat hati-hati. Mereka benar-benar terlihat mati gaya.
“Maaf bos, tadi cuma bercanda, tak usah diambil hatilah,” bujuknya sambil nyengir-nyengir seperti kuda mau kawin.
Amanruf diam saja, ia nampak dongkol minta ampun. Anggota keamanan itu pun beringsut pergi dan hilang ditelan kegelapan malam. Lalu tak lama kemudian mereka muncul lagi dengan satu kantong plastik penuh rambutan dan kopi.[]
hua ha ha ha…………………………….brengsek tu abdi negara……..yang gillllllllllllllllllla……….kok diterima jd petugas.
RAKYAT BERHARAP, WARTAWAN MAMPU MENGAKHIRI JAGA MALAM DI ACEH.JAGA MALAM TELAH MEMBUAT RAKYAT MENDERITA.JAGA MALAM ADALAH TUGAS APARAT NEGARA DALAM HAL INI TNI/POLRI.JADI SELAMA INI MEREKA TELAH MAKAN GAJI BUTA SEDANGKAN BEBAN TUGAS DILIMPAHKAN KE RAKYAT.JADI ABDI NEGARA APAAN MEREKA,TMP TDK PANTAS BAGI MEREKA, APALAGI MEREKA RATA2 MATI DALAM KONDISI SEDANG MERAMPOK?.JAGA MALAM BENTUK KETIDAK MAMPUAN TNI/POLRI DI ACEH.