Janji kadang tanpa sadar terucap. Namun, ketika tidak sanggup ditepati, orang akan memandang sinis terhadap orang yang berjanji. Risikonya adalah “Sekali langsung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya,” itu kata Buchari-Muslim, perawi hadis yang sangat terkenal kesahihannya.
Ambil contoh Apa Geumpang. Sudah empat tahun mengabdi pada sebuah partai politik, namun dia sudah begitu apatis terhadap janji bos partainya yang sudah ratusan kali dia dengar. Pasalnya, si bos tak pernah merealisasikan janjinya.
Rupanya sifat apatis Apa Geumpang dirasakan juga oleh teman-teman sekantornya dan didukung juga pamannya, hingga pamannya mengemukakan sebuah hadis yang dia dapat dari sebuah buku. “Tidak beriman orang yang tidak memegang amanah dan tidak ada agama orang yang tidak menepati janji.” (HR. Ad-Dailami).
Belakangan, sifat apatis Apa Geumpang menjadi-jadi. Dia sampai muak melihat tampang bosnya. Keinginan dia hanya sederhana, tak perlu bosnya menjanjikan begana-beginilah, toh dia tetap loyal pada partainya. “Kalau memang mau memperbaiki nasib kami, jalankan, tidak perlu janji klasik,” keluhnya, yang didengar oleh teman-temannya.
Paman Apa Geumpang memprediksi, ke depan dengan bertaburnya Partai Politik, semakin banyak orang yang mengumbar janji demi tujuannya. Namun, pejanji tercapai, tukang janji itu kan lupa pada yang pernah diucapkannya. Lalu, paman Apa Geumpang merajut sebuah firman Allah,“Tepatilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra: 34). Kemudian, dia mengingatkan Apa Geumpang untuk tidak pernah berjanji bila tidak sanggup menempati, karena akan diminta pertanggungjawabannya oleh yang Mahakuasa di akhirat kelak. ketika kehendak si
“Kheun ureueng jameun, janji nyan utang dan wajeb tatepati,” kata pamannya.[]