Kita boleh saja berkelakar, tentang cinta, hidup, perih, air mata, mati, bahkan hingga surga dan neraka. Patut pula kita menyadari bahwa semua makhluk hidup memang semakin dekat dengan kematian. Tanpa bermaksud menggurui, Islam telah menegaskan tentang itu dalam Kitab Suci Alquran Nulkarim bahwa “Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.”
Entahlah, melihat kepergian satu per satu sahabat aktivis di Serambi Makkah ini mengundang kekhawatiran di hati saya saat mendengar kabar Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, yang diiusukan strok hingga mesti dilarikan ke Singapura. Maaf, Bapak, sungguh saya tak pernah berniat—apalagi berdoa—yang bukan-bukan untuk Bapak yang saat ini menjabat sebagai ‘Raja Nanggroe”. Namun, jujur saja, hati saya terenyuh saat mendengar isu “Gubernur Aceh strok”. Ingatan saya langsung ‘terbang’ kepada Rufriadi yang meninggal tahun lalu, dan Ridwan H. Mukhtar yang juga baru saja meniggal dunia pada Senin, 4 Agustus lalu.
Dan kemarin, Bapak dikabar strok. Ketakutan itu terus terbayangkan. Terbayang saya tentang Bapak yang dikatakan sakit sedang berbaring dengan inpus. Oh.. akankah secepat ini Bapak menyusul aktivis-aktivis kemanusiaan itu? Saya tahu dan sangat sadar, kita semua akan ke sana, ke penghunian terakhir itu. Tapi, kabar tentang Bapak membuat saya tak habis pikir dan keraguan saya terjawab. Bapak sudah meluruskan berita miris yang dihembuskan sejumlah media itu bahwa Bapak masih sehat dan segar bugar.
Saya tahu—mungkin yang lainnya—Bapak adalah orang yang suka bercanda. Entahkah kabar strok kemarin juga merupakan canda Bapak, yang pastinya, kabar itu sempat mendapat respon besar dari sejumlah kalangan, mulai dari pejabat hingga masyarakat, mulai dari pembuat pesawat hingga penanam tomat. Jika kabar itu merupakan canda Bapak juga kepada kami, rakyat Bapak, sungguh memukau canda kali ini.
Karena itu, saya yang belum puas dengan desas-desus tersebut, iseng-iseng mencoba menelusuri sejumlah laman internet dengan mengetik nama Bapak secara utuh, lengkap dengan titel dan pangkat Bapak sebagai dokter hewan dan Master of Science. Di salah satu alamat situs disebutkan bawah Bapak, di bulan ini sedang ulang tahun.
Tak banyak yang tahu tentang hari ulang tahun Bapak. Kalaupun ada yang tahu, paling Ibu Darwati, anak dan keluarga Bapak, serta orang-orang terdekat Bapak. Dan sekalipun Bapak orangnya suka bercanda—orang suka bercanda tentunya suka keramaian—namun tak ada perayaan hari ulang tahun Bapak yang megah seperti hari ulang tahunnya pembesar-pembesar negeri di belajan kota sana.
Dari sinilah saya kepikiran, mungkin ada orang yang sangat cinta dengan Bapak sehingga mengabarkan bahwa Bapak sedang strok agar semua orang mulai menghebohkan tentang keadaan Bapak, tentang usia Bapak, sebab orang sakit biasanya diidentikkan dengan usia, apalagi strok. Ternyata, keheranan itu terjawab, bahwa Bapak pada bulan ini sedang ulang tahun. Tentunya kabar tentang Bapak kurang sehat agar orang-orang mencari tahu tentang itu, tentang berapa usia Bapak.
Maka, melalui media ini, saya—dan juga Harian ini—mengucapkan selamat ulang tahun untuk ke 48 untuk si “Raja Nanggroe” Gubernur Irwandi Yusuf . Maaf, jika ucapan ini telat beberapa hari. Pasalnya, kami tidak tahu kalau sehari sebelum kepergian Ridwan H. Mukhtar adalah tanggal kelahiran Bapak.
Sudahlah tentang kabar miring yang mengatakan Bapak strok sehingga mesti menjalani perawatan sampai ke negeri Singapura. Anggap saja itu kabar yang diutarakan dengan hati tulus oleh orang yang mencintai Bapak sebagai kado ulang tahun. Tujuannya kan sekedar membuat orang-orang mengingat dan melihat secara seksama kepada Bapak? Bukankah kado dari kabar itu mendapat imbas teramat besar? Tanpa perayaan pesta pora yang memang hanya menghamburkan uang semata, bansigom donya mengutarakan keresahannya akan keadaan Bapak hari ini. Inilah kado ultah yang sangat berharga dari rakyat Bapak. Percayalah, semata karena cinta kami kepada Bapak. Mari kita menyenggak tawa kembali sembari bercanda dan memaki (baca: makian positif) tanda Bapak masih sehat sejati.
Wahai Bapak, timphan buleukat mangat han sakri, tamah lom na kupi jampu ngon bakong. Teuma boh rom rom bek tuwoe e Bu Darwati, keu Pak Irwandi nyang meu-ulang tahon. Maaf dan salam cinta kami…selalu![]