KUNCI digunakan jika ada sesuatu yang hendak dibuka dengan menggunakan alat bantuan. Pintu rumah yang terkunci harus dibuka dengan menggunakan alat bantu, yang dalam bahasa Indonesia disebut kunci. Padahal, “terkunci’ kalau dalam bahasa Inggris disebut “lock” dan alat untuk membukanya disebut “key”. Itu soal bahasa, biar ahli bahasa yang mendebatkannya.
Kalau tiba-tiba ban mobil anda pecah dijalan, lantas anda ingin membuka ban yang bocor, maka Anda butuh kunci juga. Entah itu kunci Inggris (mungkin dulunya berasal dari Inggris), kunci pas atau sebagainya. Cobalah membuka dengan tangan kosong. Jika Anda tidak sekelas dengan Superman, jangan harap bisa membukanya. Aneh memang, baut yang superkuat melekat pada velg, dum truck sekalipun, bisa dibuka oleh manusia biasa dengan alat bantu.
Nah, bagaimana kalau membuka hati manusia yang terkunci? Hati yang sudah terkunci, tidak mau menerima kebenaran atau saran? Wah ini pertanyaan sulit, mesti sekelas filsafat yang bisa menjawabnya barangkali. Tetapi, jika untuk membuka hati harus terus-menerus mengundang ahli filsafat, bisa kelamaan, keburu makin tertutup hatinya.
Ada yang menyebut ”ilham”, di mana ilham bisa membukakan hati orang yang sedang mencari sesuatu. Seperti seniman yang sedang mencari ide melukis, seperti seorang penulis yang sedang mencari judul buku atau sutradara yang sedang mencari pemeran film terbarunya. Kalau dalam agama, manusia juga sering mencari ilham untuk mendapatkan kebenaran.
Hati yang terkunci akan kesulitan untuk menerima masukan.
Konon lagi jika hati tersebut sudah terkunci selama bertahun-tahun. Bahkan parahnya lagi si pemilik hati tidak menyadari akan segumpal daging dalam tubuhnya yang telah tertutup. Kalau sudah begini kunci apa pun sudah tidak mempan lagi.
Segenap manusia di muka bumi ini sudah selayaknya membuka hati masing-masing terhadap kebenaran. Mungkin kebenaran sangat relatif sehingga tidak diketahui secara pasti kebenaran mana yang ”benar”. Namun, dengan memakai alat bantu kunci, kebenaran bisa diraih apalagi bagi orang yang mengaku beragama. Kuncinya bisa berarti banyak mendengar masukan dari orang lain, banyak membaca dari kisah-kisah terdahulu ataupun pengalaman orang lain. Maksimalkan mata, optimalkan kuping, kembangkan rasa ingin tahu, bisa jadi merupakan kunci untuk membuka hati. Terlalu banyak kunci yang terdapat di sekitar kita. Sangat rugi jika kita tidak menemukannya, kecuali kita cuma tidur, ataupun jika bangun hati kita tetap tidur. Ataupun malah hati kita sudah terkunci mati? (Muhammad Nizar)