Apa Maun, hari ini mendatangi sebuah perbankan terkemuka di nanggroenya. Dalam perhelatannya ke lembaga simpan pinjam ini, Apa Maun menyempatkan diri masuk ke setiap ruangan yang ada. Padahal, sebagai nasabah ia tidak berhak melakukan hal tersebut. Akan tetapi, karena ia merupakan sahabat karib dari big bos Bank Tempat Penyimpanan para Nasabah ini, maka melenggang kangkunglah Apa Maun di setiap ruangan.
Dalam kunjungan yang sangat tak resmi dan tak lazim itu, Apa Maun sempat berbincang-bincang dengan para teller, Customer Service dan Agen-Agen kredit yang ada disana. Diliriknya beberapa teller yang masih muda. Diukur-ukur olehnya. “Ah…sebaya anak saya. Bahkan ada yang sebaya cucu saya,” batinnya, sembari manggut-manggut.
Apa Maun dan Big Bos bank itu, merupakan sahabat dari kecil. Mereka berkawan sejak masih ingusan. Namun, karena nasib, Apa Maun dan Big Bos mendapatkan rejeki yang berbeda-beda.
“Halo Apa, lagi cari Apa Dolles ya?” Tanya salah satu Customer bank itu.
“Iya anak muda. Dia kemana ya? Dari tadi aku tak melihatnya,” sambung Apa Maun.
“Di ruangannya bagaimana? Apa sudah mencarinya ke sana?” Tanya CS itu lagi.
“Sudah, tapi ia tak ada.”
“Owh…coba bapak mutar-mutar ke ruangan anak Job. Mungkin ada disana,” CS itu Nampak membantu Apa Maun yang mulai mondar-mandir sedari tadi.
“Ngapain dia disana? Ada pertemuan ya?” Tanya Apa Maun lagi, tanpa digubris oleh CS kecuali sebuah senyuman yang dilayangkan.
Mendengar hal itu, Apa Maun langsung bergegas ke ruangan yang ditunjuk CS tadi. Hari ini, Apa Maun sedang bersenang hati. Pasalnya, putri bungsunya ingin dinikahkan dengan putra sulung Big Bos Doles. Semua sudah setuju, termasuk orang yang ingin dinikahkan.
Setelah berjalan jauh menuju lorong-lorong yang ada dalam gedung tempat penyimpanan uang itu, akhirnya Apa Maun mendapati sebuah ruangan yang tertutup di lantai III. Sebelum masuk ke dalam ruangan, ia mencoba menyelidiki ada kegiatan apa si Doles di sana.
“Jangan pak…” seru seorang perempuan datar.
“Alah…kamu ini,” terdengar lagi suara serak seorang pria, dari balik pintu.
“Pak…saya ini seumuran anak bapak. Mungkin juga cucu bapak, jangan begitu pak.”
“Kamu ini. Saya pegang tangan aja, pake ceramah begitu. Kamu mau nilainya jelek nanti?” Ancam pria tadi pada perempuannya.
Mendengar hal tersebut, Apa Maun berang. Ia tahu siapa suara pria yang berada dibalik ruangan itu. Karena tak tahan Apa Maun akhirnya memaksakan diri masuk ke dalam ruangan tersebut seraya membanting pintu.
“Doles…Tak kusangka kejayaan telah membutakan mata hatimu. Kau sudah berubah kawan. Kau bukan Doles yang ku kenal dulu. Lebih baik, rencana persaudaraan kita, kita batalkan saja. Malu aku mengakuimu sebagai besan jika perbuatanmu menjijikkan seperti ini,” serang Apa Maun.
“Owh…bukan…bukan. Kamu salah sangka Apa Maun. Aku…aku,” suara Doles, tergagap ketika melihat kemunculan Apa Maun yang tiba-tiba ketika ia sedang merayu salah satu mahasiswa magang di ruangan itu.
“Ah…Setan kau Doles. Kau khianati istrimu dirumah hanya untuk bersenang-senang. Kau lihat perempuan yang ada di depanmu itu. Ia lebih pantas kau sebut sebagai cucumu. Apa kau tak sadar ubanmu yang kian banyak di atas kepala itu?” serang Apa Maun lagi.
Gadis yang disebut-sebut, tertunduk malu. Kemudian Ia melayangkan tatapan minta tolong pada Apa Maun. Di satu sisi, ia hendak mendapatkan nilai terbaik dalam prestasi akademiknya guna menyelesaikan kuliah. Namun, dilain sisi ia harus berhadapan dengan orang-orang seperti Doles itu.
“Anakku, pulang saja. Tak usah kau pikirkan nilai kuliah jika harga dirimu di gerayangi oleh setan-setan seperti dia. Aku janji, permasalahan ini hanya kita bertiga saja yang tahu. Tapi, kamu lebih baik berhenti saja magang disini. Nilai itu bisa dicari. Harga diri susah didapatkan,” nasehat Apa Maun, pada perempuan itu.
“Baik Ayah…” ujar gadis itu datar.
Mendengar sebutan Ayah, Apa Doles sang Big Bos seketika tertunduk lesu. Ternyata, gadis yang hendak ia lecehkan itu merupakan calon menantunya sendiri. Doles lemas. Ia pingsan dan kemudian jatuh terkapar di lantai marmer yang mengkilap.
Lima hari kemudian, Apa Doles dikabarkan meninggal dunia. Sementara Apa Maun, telah menikahkan anaknya dengan orang lain. Ia sama sekali tidak memperdulikan keadaan sahabat kecilnya itu. Bahkan, disaat pemakaman dilangsungkan, Maun sama sekali tak berkunjung. Ia betul-betul marah. Sehingga, kenangan yang ada bersama Apa Doles, hilang seketika berganti dengan kejadian yang ia dapati dalam ruangan kaca, 4×6 meter tersebut.
“Kenapa Apa Maun tidak tampak ya? Padahal, suami saya sudah begitu baik dengannya. Kenapa saat-saat kami berbela sungkawa seperti ini, batang hidungnya tak kelihatan. Dasar orang miskin, maunya ketika kita kaya saja,” lakap Istri Doles, yang sama sekali tidak tahu penyebab kenapa suaminya terkena serangan jantung dan kemudian harus kembali pada Tuhan penciptanya itu.[]