Aneuk, anak. Atom, barang yang terbuat dari plastik. Kemudian muncul kata ‘aneuk atom’. Je mendengarnya dalam dakwah islamiyah yang disampaikan Yusri Puteh di masjid-masjid mukim. Yusri Puteh melabelkan aneuk atom bagi remaja-remaja Aceh yang kurang paham islam, terutama bila melihatnya dari cara berpakaian dan dalam pergaulan.
Dalam ceramahnya, Yusri Puteh mengatakan, aneuk atom itu berupa remaja putri Aceh yang berpakaian ketat sehingga tampak lekuk tubuhnya. Penampakan hasil ‘kerajinan tangan’ si putri itu sering terlihat ketika ia berpasangan dengan remaja putra. Lihatlah ketika berboncengan. Lebih-lebih dengan motor yang disengajakan joknya tinggi ke belakang dan rendah ke bawah, mungkin untuk mendapatkan kenikmatan hidup saat sang cowok—orang Aceh lazim menyebutnya Cut Bang—mengeremnya. “Bahkan Cut Bang berpikir, adakjeut (maunya) lebih banyak polisi tidur di jalan, sehingga makin banyak menikmati ‘kerajinan tangan’ si lawan jenis—lazim disebut Cut Adek atau Ibuk,” kata Je pada kawannya.
Je, mungkin juga orang lain yang sepaham, bahwa aneuk atom ada karena mereka tak (belum/tak sanggup lagi) diperhatikan orangtuanya jika masih punya orangtua, terutama sang ayah. Mungkin karena orangtua tak mengajari ilmu agama atau menitipkan anaknya ke pengajian. “Namun herannya, kadang anak pesantren sendiri berpakaian ketat,” sela Ari. “Siti contohnya.” Siti atau bernama keren Aya, sering berpakaian ketat dengan cara sembunyi-sembunyi ketika keluar rumah agar tak dilihat ustadznya. “Itu dulu, saat masih di kampung. Sekarang, jangan tanya. Anak kuliahan di Banda, tentu makin berbeda,” sambung Ari.
“Nah, oleh Yusri Puteh melabelkan ‘atom’ bagi orangtua yang membiarkan anaknya berpakaian ketat,” surah Je pada kawannya di kos pada malam Nisfu Sya’ban yang merupakan malam penutupan buku amal lama dan dibuka buku amal baru, juga usai salat tahajud bersama untuk memohon ampun atas segala dosa dan memohon lebih baik ke depannya.
Ya, bagi ayah yang membiarkan atau mengabaikan kewajibannya terhadap anak dan istri, maka mendapat cap ‘Yah Atom’. Bagi ibu yang membiarkan suaminya tak menegur dirinya atau anaknya berbuat salah atau ibu yang mengabaikan kewajibannya terhadap suaminya dan ibu yang merelakan putrinya dibawa-bawa anak muda nonmuhrim, memeroleh cap ‘Ma Atom’.
“Kiranya, bila direnung pada malam yang sunyi begini,” kata Je, “orang-orang yang melupakan perintah Allah dan mendekati larangan-Nya, juga patut mendapat label atom. Ya, manusia-manusia atom, termasuk kita.” Berarti, sambung Ari, bila pemimpin yang tak mampu mencegah rakyatnya dari berbuat maksiat, maka ia ‘pemimpin atom’. Misal penduduk dan pemimpin Aceh ini sudah makin melupakan dan makin mendekati larangan Allah, “maka patut kiranya kita labelkan Aceh Atom!”[]