Di Aceh, jamaah shalat tarawih hanya ada dua perbedaan, yaitu jamaah shalat tarawih duapuluh rakaat dan jamaah tarawih delapan rakaat. Perbedaan ini tidak menjadi permasalahan bagi masyarakat Aceh. Perbedaan ini tidak menyebabkan perpecahan, karena letak perbedaan hanya pada permasalahan furu`uddin, bukan ushuluddin.
Hanya ada pertikaian kecil pada masyarakat awam, seperti cerita kakeknya Yong, bahwa dulu di kampungnya pernah terjadi pertikaian antara jamaah duapuluh dengan jamaah delapan. Hal ini terjadi karena mereka masih bodoh, namun tidak terjadi lagi sekarang, masyarakat kampung Yong sudah banyak yang pintar hingga mereka menghargai perbedaan. Tidak ada paksaan untuk shalat duapuluh rakaat ataupun delapan.
Namun, bagi kebanyakan para pemuda mereka memilih salat tarawih di masjid-masjid yang salatnya cepat selesai. Seperti si Todeng, kawannya Yong yang tinggal satu kos dengannya, tiap malam ramadhan Todeng tidak pernah bertarawih tetap di satu mesjid. Setiap malamnya ia pindah-pindah mesjid. Pada malam pertama ia tarawih di salah satu mesjid di kawasan Darussalam. Malam selanjutnya Todeng tidak nampak lagi mesjid itu.
“Hai Deng, kenapa kau tak salat tarawih lagi di mesjid al-Qadim?” tanya Yong pada Todeng. Todeng pun menjawab,” Ah, di mesjid itu imamnya sudah tua, bacaannya lama, bikin ngantuk. Selesai tarawihnya pun jam sepuluh baru selesai, mana tahan aku.”
Jika dipikir-pikir, sebenarnya imam harus mengerti pengertian, harus mengerti keadaan makmumnya. Namun tidak benar juga seperti Todeng, shalatnya tidak ikhlas, hanya mencari tarawih yang praktis-praktis saja. Bukankah bulan puasa itu kesempatan untuk mencari pahala sebanyak-banyaknya!?
Setiap kali Yong pulang dari tarawih, selalu Todeng sudah duluan nyampai di kos. Yong selalu mendapatkan Todeng sudah terkapar di kasur, karena ia duluan telah menyelesaikan tarawihnya
“Tadi kamu tarawih dimana, Deng? Pasti ganti-ganti masjid lagi, kan?” tanya Yong. “Ah, sudah tiga malam terakhir ini aku sudah tetap tarawih di satu mesjid, karena mesjid itu sesuai dengan selera aku, mesjidnya keren,Yong. Orang-orang yang salat disitu juga keren-keren..hahaha” jawab Todeng sambil tertawa.
Yong terheran-heran mendengar apa yang dikatakan Todeng, masak ada mesjid yang keren. “macam-macam aja kamu Yong, masak mesjid kamu bilang keren?!” kata Yong. “Ia, emang mesjid itu keren abis Yong, dari imam sampai makmum keren. Tarawihnya dua puluh menit sudah selesai, imamnya sangat cepat. Makmumnya pun anak muda semuanya.jamaah laki-laki kebanyakan penjual burger, yang ceweknya semua pemakai celana ketat, habis tarawih mereka berboncengan dengan ‘abang sayang’. Pokonya keren abis Yong. Kalau kamu tidak percaya, besok malam kita tarawih disana” ungkap Todeng.
Yong menggeleng-geleng kepala. “sungguh kiamat sudah dekat, karena mesjid pun sudah keren” kata Yong dalam hati.