Mitos

Secara sederhana, definisi mitos adalah suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar karena telah beredar dari generasi ke generasi.

Begitu luasnya suatu mitos beredar di masyarakat sehingga masyarat tidak menyadari bahwa informasi yang diterimanya itu tidak benar. Karena begitu kuatnya keyakinan masyarakat terhadap suatu mitos tentang sesuatu hal, sehingga mempengaruhi perilaku masyarakat. Begitu, tentang mitos.

Siang itu kami bertiga –saya, Bang Zul dan Bang Ian– makan siang di RM Hasan, di Darussalam. Menu-menu hot disajikan di sini. Kami pesan kare kameng atau kari kambing, tiga porsi. Kari Kambing ternyata menjadi menu pavorit di sini. Separoh meja yang disedikan rumah makan terisi, semua menyantap kari kambing, selain deretan menu lainnya, rata-rata bersantan.

“Inilah mengapa rakyat Aceh sangat reaktif dan sensitif,” ulas Bang Zul, mengulang kembali obrolan kami yang sempat terputus saat masih di dalam mobil tentang reaksi keras SIRA (Sentral Informasi Referendum Rakyat Atjeh) mengenai pernyataan Pangdam Iskandar Muda, Mayjen (TNI) Supiadin AS yang menyebut rakyat Aceh tak butuhkan partai lokal (Parlok).

Seperti biasa, saya lebih banyak mendengar. Diam saya itulah yang membuat Bang Zul amat bersemangat. Apalagi kalau saya sudah menganggung-angguk. Dia berturur seperti meluncur. Cas cis cus.

“Makanan di sini semuanya dimasak untuk merangsang libido dan emosi, termasuk kopi khas Aceh yang seakan sudah menjadi menu minuman wajib,” katanya.

Beberapa menu sudah tersaji di meja kami, termasuk kari kambing. “Kambing ini dimasak dengan rempah-rempah yang membakar tubuh, menaikkan libido seks dan memacu darah.”

Saya mengangguk, ingin komentar, tapi Bang Zul nyerocos terus. “Seluruh masakan di sini mendapat sentuhan ‘berani’ dan menantang. Ikan laut, tak sekadar digoreng atau dipanggang. Agar berciri Aceh, maka wajib digulai,” ucap Bang Zul mulai melahab hidangan.

Kami bertiga mulai sibuk menikmati menu siang itu.  Ada gulai kakap, rambeu dan gulai tongkol atau ungkut kayee.

Soal ungkut kayee ini Bang Ian menjelaskan lebih spesifik. Ikan tongkol yang dikeringkan dengan cara dijemur, lalu direbus, dan kemudian disalai. Ikan kering ini diiris tipis-tipis dan dimasak dengan kentang dalam kuah kari yang kental. Lauk ini juga umum dikenal dengan nama  kemamah. Salah satu bumbu khas Aceh di dalam masakan ini adalah asam sunti,  yaitu belimbing sayur atau belimbing wuluh yang dikeringkan. “Agar bercita rasa khas, maka diberi pula temurui atau daun salam koja,” ujar Bang Ian, yang tampaknya praktisi masakan ulung. Dan Bang Ian mulai mengambil oper pembicaraan. Sembari bicara mulutnya tak henti mengunyah daging kambing. Sesekali memasukkan irisan cabe dan bawang merah ke dalam piring kari kambingnya.

“Orang Aceh suka memasak dengan cabe rawit dan cabe hijau yang hampir selalu hadir  dalam setiap jenis masakan,” ujar Bang Ian.

Sementara Bang Zul tampaknya sudah asyik dengan makanannya.

Bang Ian mengambil sesuatu dari piring. “Ini plieuk u atau patarana,” katanya lagi.

Plieuk u harus dimasak dengan 44 jenis sayur dan bumbu. Kuahnya dibuat dari kelapa parut yang sudah dikeluarkan santannya, kemudian dibusukkan. Berbagai jenis sayur yang biasa dipakai adalah: daun pepaya, daun singkong, nangka muda, rebung, daun mlinjo, buah mlinjo, pepaya muda, dan lain-lain.

Di saat Bang Ian menjelaskan berbagai jenis masakan, pikiran saya melayang. Adakah pengaruh makanan terhadap perilaku seseorang, sebagaimana dikatakan Bang Zul?

Saya teringat mitos yang amat dipercaya sebagian masyarakat tentang beberapa jenis bahan dan makanan yang berkhasiat bagi fungsi seksual, termasuk daging kambing. Para ahli gizi justru bilang tidak ada yang istimewa di dalam kandungan daging kambing. Malahan sebaliknya, kalau daging itu mengandung banyak lemak maka justru terjadi akibat buruk pada fungsi seksual. Nah, lho.

Apakah makanan masyarakat Aceh yang serba menantang tersebut berpengaruh terhadap tingkah laku mereka seperti gampang tersinggung alias reaktif dan sensitif? Jangan-jangan ini juga hanya mitos yang tak perlu dipercaya![]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.