AMANRUF mengajakku berbisnis, kali ini benar-benar menggiurkan, jadi muge laptop. Seorang temannya dari gampong datang pada dan memintanya mencari laptop dengan harga dua juta setengah.
“Nanti temanku bakal kasih persenan buat kita kalau dapat laptopnya. Dikasih seratus ribu saja sudah lumayan.” Kata amanruf berobsesi. Ia rela tak meliput demi bisnis ini.
Kebetulan Suib Surya Kabisah, si pengamat yang sudah jarang dipanggil ke radio karena amatannya sering meleset ingin menjual lap topnya.
“Aku menjualnya dengan sangat murah, pasti siapa saja akan mengincar lap top ini.” Katanya beberapa hari yang lalu. Maka kami pun menemui Suib si empunya lap top.
“Berapa kau jual, temanku ada yang ingin beli.”“Satu juta setengah saja.”
“Mengapa tak dua juta setengah saja.”
“Jangan, lap top ini sebenarnya sudah uzur. Lagi pula pembeli kurang tertarik pada barang mahal, apalagi kalau barangnya kelihatan sudah tua. Tapi kalau kita kasih harga murah, mereka tak peduli pada bagus jeleknya lap top ini. Sama seperti kita beli baju obral.” Katanya beranalisis. Memang lap top si Suib sudah sangat tak layak, loadingnya sangat lambat, layarnya pun sudah pecah dan di lem pakai lem besi. Lagi pula lap top itu hanya bisa digunakan untuk mengetik. Tapi karena temannya itu orang udik semua itu pasti tak jadi masalah, yang penting dia punya lap top, begitulah menurut Amanruf.
“Begini, dua juta saja, nanti aku dapat lima ratus ribu.”
“Asal laku, boleh saja.” Setelah sepakat ia pun menelepon temannya untuk datang ke rumah Suib.
“Nanti kita tawarkan dua juta setengah pada temanku itu.” Bisik Amanruf nakal. Aku setuju saja, jarang-jarang pagi-pagi begini bisa langsung dapat uang satu juta.
Tak lama temannya yang udik itu muncul dengan sebuah lap top yang jauh lebih canggih dari milik Suib. Amanruf langsung menyodorkan laptop 19 inci itu.
“Ha….ha….besar sangat lap topnya…” Ejek teman Amanruf miris. Ia tertawa terbahak-bahak. Suib merasa terhina dan Amanruf jadi tak karuan tingkahnya, sedang aku hampir putus urat perut menahan tawa.
“Lap top sebesar ini, yang pah ta leung ie keue rumoh ta ade pade. Ha….ha…” Sebuah komentar yang tak pernah terduga sebelumnya. Suib dan Amanruf benar-benar malu dibuatnya. Lalu ia coba menghidupkan lap top itu dan suara ngung keluar begitu keras. Ia pun tertawa lagi.
“Ha…ha…suaranya seperti motor bututku dulu.”
“Bagaimana, jadi kau ambil? Satu juta setengah sajalah” kata Amanruf langsung menurunkan tariff.
“Begini masalahnya, kalau lap top ini aku bawa pulang ke gampong, aku bakal ditertawakan sikhan gampong.” Katanya sambil terus cekikikan.
“Aku tak mau beli lap top ini.” Katanya asal, tak ada sopan-sopannya. []