Musibah

AMANRUF pusing tujuh keliling, pasalnya ia tak ada pasal yang harus ditulis jadi berita. Padahal sebentar lagi deadline. Sudah tiga hari ia telat setor berita. Dua kali lagi mungkin statusnya diturunkan jadi contributor. Bukan apa-apa, ia takut kalau sampai kartu persnya ditarik, tak ada lagi alat buat menakut-nakuti pejabat yang korup.

Ia duduk termenung sambil mendekapkan kedua telapak tangannya ke dada. Mungkin ia berharap mendapat ilham meliput hari ini. Aku biarkan saja ia konsentrasi dan terus bergelut dengan mesin-mesin motor yang rewel.

Sejenak semua berjalan hening-hening saja, sampai suatu dentuman mengejutkan kami. Semua orang berhamburan ke jalan. Termasuk aku dan amanruf. Kami menerobos massa yang datang lebih dulu.“Apa yang terjadi…?” tanyaku penasaran. Tapi semua menggeleng. Aku jadi bingung, apa yang mereka perhatikan sedari tadi, mengapa semua tak ada yang tahu apa yang terjadi. Aku mencoba lebih dekat dan menemukan astute butut Pak Cek terkapar di jalan, sedang Pak Cek sendiri dibopong ke pinggir jalan.

Pak cekku yang malang ternyata baru mendapat musibah, ia mengalami kecelakaan. Aku dan Amanruf mendekati Pak Cek yang merintih kesakitan. Demi melihat keadaan Pak Cek yang berdarah-darah dan terpincang, Amanruf berseru luar biasa besar.

“Alhamdulillah…!” Aku heran, apakah menurut Amanruf keadaan Pak Cek tak setragis yang ia bayangkan.

“Pak Cek, dimana yang sakit, kaki Pak Cek tak kenapa-napa kan?”

“Ah, tidak, kakiku tak kenapa-napa, tak ada yang patah atau terkilir, hanya aku mual saja melihat darah di sikuku ini.” Kata Pak Cek santai, kelihatan benar ia masih sehat walasfiat.

“Apa Pak Cek, Astaghfirullah, aku pikir Pak Cek patah-pate, tak jadilah aku dapat berita hari ini. Kalau hanya luka disiku, mana mau redaktur menerima bertitaku.” Kata Amanruf sekenanya.

“Jadi kau berharap aku ini patah jadi delapan, kurang ajar benar kau ini.”

“Ah, Pak Cek, namanya saja orang cari rezeki, Pak Cek juga begitu kan, bersyukur kalau ada orang yang bocor ban motor, apalagi kalau motornya mogok. Kalau tak begitu, bengkel Pak Cek bisa bangkrut kan,” Amanruf membela diri.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.