Setiap orang pasti mempunyai nama panggilan tersendiri. Biasanya nama panggilan tersebut potongan dari nama lengkap, misalnya Amiruddin panggilannya Udin, Aminah dipanggil Minah, dan Jalaluddin panggilannya Jalal. Ada juga nama panggilan yang sedikit melenceng dari nama aslinya, seperti Abdullah dipanggil Dolah, Ismail dipanggil Ma`e, Muhammad menjadi Amat, dan sebagainya.
Ada pula nama panggilan berupa potongan dari nama asli ditambah dengan nama gampong atau tempat asalnya, seperti seorang pemain bola yang memperkuat Persiraja, Farizal Meukek, ia berasal dari Meukek, Aceh Selatan. Ada juga nama panggilan berupa potongan dari nama asli dan ditambahkan dengan bentuh tubuh si pemilik nama tersebut. Seperti Zul Paneuk (pendek), panggilan untuk si Zulkifli yang bertubuh pendek. Banyak juga nama panggilan yang ditambahkan dengan ciri khas wajah. Seperti Bang Is Kumis, nama lengkapnya adalah Ismanto yang tak pernah memotong habis kumisnya.
Juga ada nama panggilan yang bukan potongan dari nama lengkap, dan juga tidak terkait sedikitpun dengan nama asli. Seperti salah satu tokoh yang turut menghiasi rubrik Cang Panah ini, Yong. Yong bukanlah nama yang sebenarnya. Nama Yong yang sesungguhnya adalah Izzuddin al-Qassam (seperti nama sayap militer Hamas di Palestina). Kenapa orang yang mempunyai nama yang sangat indah ini harus dipanggil Yong?
Begini kisahnya. Di kabupaten tempat Yong berasal, Aceh Selatan, disana ada tiga suku yang mendiami daerah tersebut, yaitu suku Aceh, Aneuk Jamee dan Kluet. Yong sendiri berasal dari suku Aceh. Suku Jamee merupakan suku yang berasal dari Minangkabau, mereka juga masih berbahasa seperti bahasa tempat mereka berasal. Dalam keseharian orang Minagkabau maupun Aneuk Jamee, ada panggilan `Buyung` untuk anak laki-laki dan `Upik` untuk perempuan. Seperti panggilan `Gam` dan `Nong` dalam keseharian masyarakat Aceh.
Dalam perkembangannya suku Aneuk Jamee hidup berbaur dengan suku Aceh. Hingga terjadilah percampuran bahasa dan logat, juga istilah-istilah dalam kedua bahasa suku tersebut. juga irama dan logat dalam berbicara. Banyak istilah-istilah dari bahasa Aneuk Jamee yang `dinaturalisasi` ke dalam bahasa Aceh disana. Seperti sebutan salahsatu kue khas Aceh, `Timphan`. Orang Aceh di Aceh Selatan tidak menyebutnya `Timphan`, tapi `Leupek`, `naturalisasi` dari bahasa Aneuk Jamee yaitu `Lapek`.
Begitu juga dengan panggilan Izzuddin al-Qassam menjadi Yong. Karena sejak kecil orangtuanya sering memanggilnya dengan panggilan tersebut. `Yong` merupakan panggilan `naturalisasi` dari `buyung`. masyarakat Aceh disana lebih nyaman mengucapkan `buyung` dengan `Buyong`. Dalam perkembangannya mereka mengucapkan `Yong` saja, tidak lagi `Buyong`.
Begitulah sekilas nama Yong, bermula dari panggilan kecil dan sampai sekarang panggilan itu masih melekat padanya. Semasa pertama Yong kuliah di ibukota, ia pernah menyembunyikan panggilannya tersebut, juga berharap panggilan itu tidak terdengar lagi di ibukota, cukup di kampung halaman saja. Namun, panggilan itu akhirnya diketahui juga, karena ada orang sekampung yang kuliah satu jurusan dengannya. Panggilan itu kembali terdengar di telinga Yong meskipun berada di ibukota.[]
di aceh barat ngon nagan raya di kheun leupek cit kon timphan doh…
karena disitu aneuk jamee juga menyebar
Hahahaha. Kita tidak bisa menghindar memang dari nama panggilan… Itulah salah satu indahnya hidup di sini…