Pin Tail

SEGALA sesuatu itu dinilai berdasarkan penampilannya. Apa yang tidak terlihat, maka itu tidak berarti sama sekali. Setiap orang butuh perhatian.

Beragam cara akan dilakukan untuk menarik perhatian. Apakah dia itu pejabat, politisi, artis, cewek mengharap perhatian cowok. Singkatnya—sekali lagi—semua orang ingin diperhatikan. Hanya pencuri, perampok dan sejenisnya yang menghindar dari perhatian orang.

Namun bagaimana cara yang dilakukan untuk mendapatkan perhatian. Ini akan sangat tergantung orangnya. Percaya atau tidak, ada orang yang rela membayar berapa pun hanya untuk mendapatkan perhatian. Malah ada yang tak takut mati demi sebuah perhatian.

Dalam banyak kasus, orang akan mencoba mengalihkan perhatian dengan menciptakan kesan untuk sebuah perhatian baru demi memudarkan apa yang bisa menurunkan tingkat perhatian padanya. Ini umumnya dilakoni oleh mereka yang disebut politisi. Media juga sering dipakai untuk tujuan sebuah perhatian.

Banyak sudah kata perhatian yang terulang dalam tulisan ringan ini. Tapi karena ini ranahnya cang panah ya tak soal. Tak perlu seserius ruang susut sebelahnya. Sangking banyaknya saya menulis kata perhatian, jadi lupa menyebutkan hubungan Pin Tail yang jadi judul cang panah ini dengan sebuah perhatian.

Baiklah, perhatian…perhatian…ini kisah Pin Tail dengan upaya mencari perhatian saya mulai. Pin Tail adalah seekor tawon yang kisahnya diabadikan dalam kisah perumpamaan klasik di India. Si Pin Tail yang saya sebut sekarang ini mungkin juga ada di sekeliling kita dalam upayanya merebut perhatian pihak tertentu.

Suatu ketika dalam almanak yang tak jelas disebutkan hari, tanggal, dan tahun berapa, Pin Tail si Tawon haus ketenaran masuk ke  Istana Raja dan menyengat si pangeran kecil yang sedang tertidur di ayunan. Sang pangeran terjaga dan menjerit keras, seisi istana pun heboh. Para penghuni istana mencoba menangkap Pin Tail, tapi malah hampir semua mereka disengatnya.

Sebelum Pin Tail mati akibat ulahnya itu, ia berkata pada dirinya. “Memiliki nama tanpa ketenaran seperti api tanpa lidah api.” Makanya sampai sekarang setelah berbilang abad nama si Pin Tail tetap abadi dalam kisah klasih perumpamaan di negeri Sungai Gangga itu. Juga hari ini ia tenar sampai kepada Anda karena saya sudah menyebutnya tujuh kali.

Watak si Pin Tail merupakan watak kebanyakan orang yang ambisius, termasuk Anda, saya, mereka, dan juga kita semua. Tapi janganlah meniru Pin Tail hanya untuk sebuah ketenaran. Tidak ada yang lebih menarik dari pada menarik perhatian, bertapa pun harganya. Tapi carilah perhatian dengan santun tanpa harus ambil resiko kehilangan nyawa. Jangan jadi Pin Tail.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.