Poligami(s)

Ilustrasi PoligamiORANG Gampong Buhak pada riuh dan gaduh. Mereka menuju sebuah rumah yang di dalamnya diduga ada orang yang berpoligami. Lalu mereka kepung rumah itu. Mereka ingin membasmi poligami.

Sejak merebaknya ada ustad terkenal yang berpoligami, warga Gampong Buhak pada waspada diri. Mereka tak mau ada orang yang berpoligami di kampung yang dianggap paling suci di antara kampung segala kampung di Kecamatan Beutoi. Mereka tak suka suami yang beristri lebih dari satu.

Pernah beberapa hari lalu, ada seorang Teungku (ustadz/ah) yang berceramah di kampung Jailani. Teungku mengatakan, Al Quran membolehkan lelaki mengawini dua, tiga, dan empat wanita sekaligus jika mampu menafkahi lahir dan batin secara adil. Namun jika tak sanggup, cukup satu saja. Itu ada dalam surat An-Nisa, kata Teungku. Mendengar kata-kata itu, orang sekecamatan Beutoi marah.

Lalu Teungku menjelaskan lagi. “Akhir zaman, kian banyak bayi perempuan lahir. Bisa dibandingkan nantinya, satu banding lima. Lelaki satu, perempuan lima. Maka jika seorang lelaki tidak menikahi empat perempuan, berapa banyak perempuan di dunia ini yang akan cemburu dan jadi perawan tua?” tanya Teungku seraya tersenyum. Pendengar anggok-anggok ulee (angguk-angguk kepala).

“Di Malaysia, seorang istri malah senang jika suaminya menikah lagi atau telah menikah sebelumnya. Seorang istri di sana, rela kalau suaminya beristri banyak, atau yang populer dengan kata poligami itu. Karena mereka menganggap, suami mereka hebat dan ganteng jika banyak perempuan lain yang menikahinya. Dan poligami di sana sukses, sebab sang suami sanggup mengadilkan nafkah lahir dan batin bagi semua istrinya,” lanjut Teungku. Pendengar sedikit terpana kala itu dan tak jadi mengusir Teungku.

Namun sejak beberapa hari kemudian, saat Teungku itu diketahui berpoligami di negeri ini yang kemudian tak mampu mengadilkan ketiga istrinya, warga Gampong Buhak tak mau lagi mendengar kata “poligami”. Harus segera dibasmi.

Maka saat ini warga Gampong Buhak menggedor rumah yang diduga berpoligami. Mereka pun berhasil masuk. Tapi mereka terperangah saat berada di dalam rumah itu. Di mana di setiap sudut ruangan, ada baju gamis yang bergelantungan. Warna segala warna, corak segala corak, dan motif segala motif. Ratusan gamis bertumpuk, tersampir, digantung di ruangan itu.

“Selamat datang di rumah poligamis,” ujar seorang perempuan berpakaian muslimah. Orang Gampong Buhak, termasuk Jailani remaja dan emaknya pun terkagum-kagum. Kemudian masing-masing mereka membeli setidaknya satu baju gamis per orang. “Haha. Han ek takhem laku di ureung nyoe, galak that berprasangka buruk,” celutuk Jailani sambil memegang satu gamis. Sambungnya, “Teuingat ke Teungku jeh, sang cukop mangat menyo le inong. Hawa teuh sang.. (Teringat ustdaz, kayakanya enak ya beristri banyak. Kepengin nih..).”[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.