Menggelar tikar plastik di lantai rumah anda untuk menyambut kedatangan warga kampung setiap kali ada perhelatan kenduri atau tahlilan, itu adalah hak anda sebagai tuan rumah, baik dengan boncengan keinginan untuk memperlihatkan perbendaharaan barang-barang produk industri mutakhir di rumah anda atau karena anda mengira itu lebih praktis. Entahlah.
Tapi dari waktu ke waktu kita telah membuktikan, tikar tradisional bikinan orang kampung lebih enak untuk dipakai. Tikar plastik produk industri, di samping mahal, memakainya pun tidak nyaman. Cuma gayanya saja yang bagus. Dan bahkan memakai tikar pandan bagaikan kompanye yang menebar banyak keuntungan. Salah satunya yaitu dapat membantu peningkatan perekonomian para perajin tikar pandan yang notabene adalah orang kampung anda sendiri.
Di beberapa kampung di Nanggroe, para perempuan mengisi sebagian hari atau bahkan sepanjang waktu di sela-sela tugas rumah tangga dengan menganyam tikar pandan. Begitu juga para gadis, ibu-ibu dan nyak-nyak di kampung saya. Itu adalah desa-desa pesisir yang memiliki sejarah panjang sebagai desa perajin tikar pandan.
Sepanjang sejarah itu, penghidupan kami memang berasal dari hasil menganyam tikar selain dari hasil pertanian tambak dan kelautan. Tetapi coba bayangkan, bila semua penduduk ramai-ramai pakai tikar pandan di rumah, tentu hasil usaha kami akan lebih laku, bukan?
Dan tanpa berniat merendahkan tikar hasil produk industri, saya ingin memaparkan bahwa tikar pandan yang berbahan baku daun pandan berduri yang banyak tumbuh di tanah gembur berpasir, memiliki daya kondisioner tinggi.
Bila dalam kondisi cuaca panas, tikar pandan akan mengeluarkan hawa dingin. Bila dalam cuaca dingin, tikar pandan akan menyeruakkan rasa hangat. Dan kalau kita tidur di atasnya tanpa memakai baju, tikar pandan tidak meimbulkan rasa gatal-gatal di kulit karena tekstur tikar pandan sangat lembut, juga, tentu saja lantaran dirajut oleh tangan-tangan aneuk dara, ibu-ibu dan tangan nyak-nyak yang tua dan penuh cita-raba.
Berpikir-pikir tentang tikar pandan, saya jadi berandai-andai, sekiranya toko-toko mewah di semua kota di Nanggroe mau memajangkan tikar pandan di depan kedainya sebangga memajang tikar plastik dan tikar permadani produk industri, tentu tikar pandan hasil rajutan para perempuan desa kita akan lebih tinggi prestisnya.
Oya, saya mau mengatakan, dalam kondisi cuaca gerah sementara kita sedang berpuasa, rehat siang tidur-tidur ayam sambil menunggu sore dengan tubuh tanpa baju (khusus lelaki) menggeliding kiri-kanan di atas tikar pandan yang digelar di bala-balai depan rumah seraya menantang sepoi bayu ujung petang, oh, han jan tathee dut berbuka tiba-tiba melengking di pucuk menara mesjid kecamatan.■