Kali ini izinkan Nyak Kaoey menulis sedikit tentang siaran berita. Berita disiarkan kepada publik melalui banyak cara, tergantung zaman dan media penyampaiannya. Lebih dari itu tentu tergantung juga pada keinginan si penyiarnya. Kalau tidak masuk tema yang diinginkannya ya tidak jadi siarannya.
Ketika Nyak Kaoey kecil, kalau ada pertunjukan malam di lapangan kecamatan, seseorang akan keliling kampung dengan pengeras suara sambil berkoar-koar, mengajak masyarakat untuk hadir ke lapangan menonton pertunjukan itu.
Cara sipembawa berita dalam koar-koarnya sungguh memikat. Ia bisa merangkai kata-kata yang indah dan menarik untuk memperkenalkan lakonan dan pelakon yang akan mengisi pertunjukan. Kadang pendengar dibuat penasaran dengan informasi yang tak lengkap.
Nah…kalau sudah penasaran, tentunya warga, apalagi yang baru banyak uang karena sudah masa luah blang, akan merogoh koceknya untuk menghadiri itu pertunjukan. Kalau pun nanti kecewa dengan pertunjukan yang tak sehebat siaran keliling yang disampaikan sebelumnya. Ada pelengkap lain yang menutupi kekurangan itu, yaitu pulang beramai-ramai bertapak dalam gelap malam dari lapangan kecamatan menuju kampung. Saat itulah anak muda melirik kiri kanan, curi-curi pandang dan menggoda gadis-gadis kampung yang juga pulang bergerombolan.
Itu memori ketika pertunjukan sandiwara masih merajai pertunjukan malam di Aceh. Tapi itu sekarang tidak ada lagi. Siara rawon dengan pengeras suara tak zamannya lagi. Kini cukup sepetak kecil iklan di halaman media, habis perkara, tidak lagi perlu tarek rukueng berkoar-koar.
Oyaaa…..ketika baca-baca buku kemarin Nyak Kaoey yang sedang rehat siang, bertemu dengan teman lamanya, Bertrand Russel, seorang pilsuf dari Inggris yang mendiskusikan hal itu. Ia lebih suka melihat siaran berita dari sisi keinginan dan kepentingan. Katanya pada Nyak Kaoey, manusia punya banyak keinginan yang tak terhingga. Manusia berangan-angan. Dalam angan itu ada kemenangan-kemenangan yang dikhayalkan. Apabila khayalan itu dianggap mungkin, maka beragam upaya dilakukan.
Untuk mencapai angan-angan itu siaran berita diperlukan untuk menjebak dan menarik perhatian publik. Di sisi ini kata Bertrand, media larut dalam skenario pihak ketiga. Hanya dengan sedikit rupiah yang tak seberapa media tanpa sadar digiring, jadi kata Bertrand, siaran berita yang dilakukan oleh orang seperti itu, lebih hebat dari panah Robin Hood saat menancap di sasarannya. Sekali siar dua tiga bahkan empat maksud kesampaian. Pada kondisi yang demikian itu, Bertrand berkata pada Nyak Kaoey bahwa pendapat Noam Chomksy, seorang pemikir Yahudi-Amerika ada benarnya, yang mengatakan politik itu hanya permainan media.
Tapi gak usahlah kita bicara lebih jauh tetang teman Nyak Kaoey si Bertrand dan temannya Bertand si Noam Chomksy itu. Nyak Kaoey ingin pulang sejenak ke Timur Tengah. Ingin mengutip kembali siara berita yang dilakukan Umar Bin Khatab dengan cara terbalik dan sukses.
Jadi pada saat Umar bin Khatab memeluk Islam, ia ingin agar berita tentang perubahan agamanya diketahui oleh banyak orang dengan cepat. Media yang tepat saat itu adalah melalui Jamil Bin Ma’mar al Jumali yang dikenal tak pernah bisa pegang rahasia. Dalam hitungan detik, rahasia apa pun akan dibongkarnya.
Waktu itu, Jamil terkenal atas kecepatannya menyebarkan rahasia. Jika ia diberitahu rahasia apa pun, ia pasti memberitahu rahasia itu pada semua orang yang ditemuinya. Lalu Umar Bin Khatab berkata pada Jamil, Nyak Kaoey tak sempat dengar waktu itu, karena hanya ada Umar bin Khatan dan Jamil berdua saja. Tapi Nyak Kaoey tahunya baru sekarang.
Waktu itu kata Umar Bin Khatab kepada Jamil, ”Aku telah menjadi pemeluk Islam, Jangan katakan pada siapapun ya! Tetaplah kau jaga rahasia ini, jangan katakan pada siapapun,” ulang Umar bin Khatab mengingatkan Jamil.
Mendengar rahasia itu, Jamil pun berlari sambil berteriak bahwa Umar telah memeluk Islam. Berita itu pun tersebar kemana-mana. Dan itulah keinginan Umar yang sesungguhnya. Umar bin Khatab sukses menciptakan siaran berita tentang dirinya melalui si Jamil.
Pertemuan antara Umar bin Khatab dan Jamil dulu itu berlanjut dengan Nyak Kaoey sekarang dalam The Subtitle Ruse The Book of Arabic Wisdom and Guile abad ke-13. Apa yang dilakoni oleh Umar Bin Khatab pada masa itu, ternyata masih berlanjut sampai sekarang. Kata orang di sebrang laut sana, banyak jalan menuju Roma. Banyak cara pula memunculkan siaran berita dengan lakon-lakon yang terbalik sekalipun.[]