Orang Aceh sepertinya selalu mengingat suatu benda atau peralatan dengan nama yang pertama disebut. “Misal, Honda,” kata Je. Meski sepeda motor itu berjenis Suzuki SP, Yamaha Mio, Satria F atau lainnya, namun orang tetap berkata, “pinjam Honda siat.” Tak diucap: pinjam Yamaha Mio atau pinjam Suzuki F sebentar. “Barangkali karena Honda adalah merek sepeda motor pertama yang masuk ke Aceh,” kata Bram, “lalu orang-orang lebih mudah mengucap dan mengingatnya.”
Jangan ragukan itu. Bukti lain, Rinso. “Ini pasti deterjen yang pertama kali masuk ke Aceh,” kata Je. Sehingga, meskipun ada deterjen lain semisal Daia, Attack, Surf, orang Aceh sepertinya tetap menanyakan, “ada Rinso?” walau dia hendak membeli selain bermerk Rinso. Kecuali sesekali diujar, misal, “hai tulong bloe rinso yang merek Daia beh..”
Kemudian ada sustel. Alat pengambil gambar pertama yang masuk ke Aceh bermerek Kodak. Lalu muncul lainnya seperti Canon, Sony, Casio, Nikon. “Namun,” kata Je, orang tetap akan (meski tak semuanya) berkata, “kakodak keunoe sigo (potret kemari sekali).” Tak dibilang, “kacanon keunoe sigo. Atau kasony cewek jeh, kanikon lon sigo,” kata Je pada Bram.
Atau juga pada sebutan “silop Jeupang.” Selain Silop Jeupang, orang Aceh menyebut Silop Swallo kepada setiap sandal jepit. Kedua jenis selop itu berbahan baku karet. Mudah terpeleset di tempat berair. Juga mudah putus kedua tali yang menjepit punggung kaki. Katanya, sandai itu peninggalan orang Jepang semasa penjajahan di Aceh. Uniknya, orang Aceh suka melukis di kedua tubuh sandal itu. Misal menguliti bagian putihnya lalu menulis nama empunya di tubuh sandal; mengukirnya dengan berbagai rupa; mengukir nomor plat pura-pura. Dan ada juga yang membalikkan: bagian putih di bawah dan hitam di atas. Semua itu bertujuan sebagai tanda kalau sandal yang demikian punya si pulan.
Namun yang jadi persoalan, kebanyakan tetap dikata, misal, “Jak khanduri (ke kenduri) Silop Jeupang kapakek (kamu pakai)?” Barangkali, Silop Jeupang merupakan sandal jepit pertama masuk ketika Acah turut dijajah Jepang. Kemudian Swallow menyusul.
Kenapa bisa seperti itu? Tanyakan pada diri sendiri. Hehe. “Ya, barangkali,” orang Aceh sepertinya selalu mengingat suatu benda atau peralatan dengan nama yang pertama disebut. Namun begitu, “kau carikan teori mengenai hal ini Bram,” perintah Je.[]