Pengalaman pertama Rudy menjadi wartawan, dimana dirinya mendapat tugas meliput berita korban bencana di tangse, hal itulah menjadi bahan cerita yang selalu dipaparkan Rudy kemana saja kongkow bersama kawan.
Banyak hal unik lainnya yang tak telupakan kala itu, sampai-sampai ketika seorang wanita diwawancarainya mengira Rudy adalah sang suami. Maklum saja penampilannya yang acak-acakan serta memakai sandal jepit buatan tetangga sebelah pikir perempun itu adalah sang suami tercinta.
Rudy dipeluk dengan erat oleh sang perempuan itu dan tidak mau melepaskannya. Hingga sang suami perempuan itu datang hampir menampar Rudy. Untung sang istri itu menceritakan secara detail peristiwa yang barusan tejadi bukanlah sebuah kesengajaan.
Ada juga hal yang sedih lainnya dialami Rudy saat itu dia berkenalan dengan seorang bunga desa. Setelah kurang lebih berkomununikasi selama dua minggu mereka pun akhirnya jadian. Namun sang pacar menolak untuk meneruskan hubungan itu karena ianya sudah dijodohkan oleh lelaki setempat.
“Sungguh asyik kita jadi wartawan Sen, kamu ikut aku aja jadi wartawan”.
“Ah tidak mau, nanti dibilang aku lalat merah (orang yang menceritakan keburukan orang lain)”.
“Tidak jugalah itukan menurut sebahagian orang”.
Tiba-tiba hape Rudy berdering dan panggilan itu datang dari teman wartawannya. Sang teman memberitahukan bahwa di desa sebelah sedang terjadi perkelahian dengan aparat desa dan meminta rudy untuk meliput kejadian.
Rudy bergerak cepat, naluri wartawannya sungguh cekatan seluruh peralatan yang diperlukan untuk meliput mulai kamera, pulpen, buku catatan dan recorder segera dimasukkan kedalam tas. Dirinya pamit kepada hussen untuk meliput berita.
Sesampainya di tempat kejadian perkelahian tersebut sudah dilerai. Dan tidak telihat batang hidung dari para pekelahi tersebut. Rudy kehabisan akal ditambah lagi hari ini dia belum membuat satu pun berita. Namun lagi-lagi otaknya berpikir secara cepat.
Pada lokasi kejadian tersebut Rudy menemukan dompet salah satu dari pelaku perkelahain tadi. Didalam dompet itu berisikan KTP yang mana tertera alamat dari si perkelahi tadi. Langkah kaki pun menuju alamat yang tertera pada ktp. Dan alhamdullilah kali ini usahanya membuahkan hasil.
Rudy lanngsung mewawancari kepada lelaki yang berbadan kekal yang diyakininya sebagai pelaku. Pertanyaan pertama yang diajukan oleh Rudy adalah perihal apa yang menyebabkan perkelahain sebelumnya.
Lelaki itu pun menjawab.
“Karena nama saya ingin masuk Koran pak, dan saya sengaja minta tolong pada salah seorang teman bapak”.
“Apa katamu? Jadi ini bukan perkelahian yang nyata”.
Rudy pun merasa telah dipermainkan. Setelah mengecek kembali informasi yang diberikan oleh temannya tadi ternyata nomor itu adalah nomor yang sama dengan milik Hussen.
Dugaan rudy pun mengarah kepada Hussen, dimana sebelumnya hussen meminjam hapenya untuk mengirimkan musik. Rudy tau betol bahwa Hussen sengaja menggantikan nomonya dengan nama salah satu wartawan media lokal.
Sial.. ucapnya Rudy kala itu kala itu.
Menjadi wartawan tidak hanya pintar dalam menyajikan informasi namun perihal yang tak kalah penting lainnya adalah mencari tau sumber yang akurat guna dijadikan berita dan dibaca oleh khalayak. Terlebih lagi seorang wartawan juga harus jeli memilah berita mana yang layak untuk dipublikasi.
Ceramah singkat dari Hussen kepada Rudy ketika berjumpa kembali di warung kopi cukup menjadikan cambuk baginya.[]