Bagi sebagian orang dapat menabung dari hasil keringatnya untuk cita-cita ke depan. Sebagian orang untuk menabung masih mimpi, karena pendapatan/gaji perbulannya hanya cukup buat makan satu minggu.
Namun, tidak demikian dengan orang-orang yang bekerja di BRR, gaji mereka per bulan hampir tidak tersentuh alias utuh di rekening masing-masing, karena mereka masih bisa mengusulkan surat tugas (ST) yang kadang masih tidak masuk akal.
“Mangat that keuja bak BRR, hana tathee ka meutamah asoe rekening lom, padahal ata buleun awai hana abeh-baeh lom,” begitu kata salah teman saya yang bekerja di BRR. Entahkah kata itu sengaja dilontarkan kepada saya untuk memanasi atau tidak, yang jelas, apa yang dia katakan itu, saya paham.
“Yah begitulah, tambahnya, mau menunjungi keluarga, rekreasi bersama, atau kemana saja tinggal ajukan ST, semua urusan jadi beres, “Trok toh ‘iek ditanggong, pokokjih gaji hana tuepeh,” katanya bersemangat.
Lain dia, lain pula teman saya yang satu lagi. Namanya Apa Geumpang. Dia teman saya yang Sarjana Agama dan lulusan dayah teranama, sejak ada BRR, dia sudah bekerja di sana. Awalnya, dia menentang segala bentuk pemborosan menggunakan uang rakyat yang tidak menjadi haknya di BRR, bahkan untuk urusan kantor kadang dia rela mengambil dari rekeningnya.
Sekarang, gagang berbalik. Apa Geumpang yang saya kenal jauh beda dengan Apa Geumpang yang dulu. Dia menjadi lebih sering mengajukan ST setelah jabatannya naik. “Apa lacur, mumpung masih ada kesempatan, sebentar lagi BRR bubar, kenapa tidak saya mamfaatkan,” jawab dia ketika saya tanyakan komitmennya dulu.
Jangan heran, hampir setiap akhir pekan dia selalu mengajukan ST, bahkan untuk menjeguk saudaranya di Sigli, dia juga ajukan itu. “Uang jatah makan, penginapan lumayan buat tabungan masa depan,” ujarnya. “Sugito, Sutoyo, Waluyo, dan si O O lainnya juga begitu, pergi berakhir pekan tapi dapat ST. hehe..” katanya lagi menuduh.
Nah, jangan heran, si Mae dan si Amin, tetangga saya di kampung kini tampil beda. Kalo dulu setiap jumpa dengan paman saya, selalu dia minta rokok, tapi sekarang, lagi-lagi gagang berbalik.
Melihat kemajuan Si Mae dan Amin, paman saya tidak iri. Dia malah bersyukur. “Alhamdulillah si Mae dan si Amin ka mudah rasuki. Jadi, hana muekeot le jajan anukmiet lon, inoe jatah si Amin ka jeut lon tabong untuk ek haji, bah jatah Si Mae lanjok kue anukmiet,” doa paman saya, ikhlas tampa mengharap balasan.[]