Sinetron

AKU tak pernah melihat lelaki pecinta sinetron sefanatik Indra Bayu. Entah apa hebatnya sinetron hingga ia sangat tergila-gila. Tapi biar begitu-begitu sinetron telah membuat hari-harinya ceria dan bersemangat. Demi menyambut sinetron, ia selalu terburu-buru menyelesaikan tugasnya membantu ayahnya mencungkil pinang.

“Kalau belum tiga ratus berarti tugasmu belum selesai.” Begitulah titah ayahnya. Ia selalu patuh dan setuju. Biarpun ayahnya menambah barang seratus butir pinang lagi, ia sama sekali takkan tahu.

Tak banyak yang kutahu tentangnya, satu hal saja yang membuatku salut pada anak autis (keterbelakangan mental) itu. Ia bisa bekerja seperti robot, tinggal di setel saja. Sepertinya dia cocok sekali jadi anak buah Pak Cek Salman untuk membantunya di bengkel.

Setiap pukul enam sore ia harus sudah selesai mencungkil pinang. Ia akan sangat gelisah bila targetnya tak tercapai. Baginya setiap hari sudah ada jadwal masing-masing yang tak boleh dilanggar. Seperti saat aku tak datang untuk mengajarkannya baca tulis setiap Selasa.

Bila belum pukul dua belas ia takkan beranjak dari meja belajar. Ia tetap di sana selama dua jam meski aku tak datang. Tak ada tawar menawar baginya.

Begitu pula dengan tontonan, ia hanya mau menonton sinetron, tidak yang lainnya. Ia tahu dari ibunya yang telah almarhum semua film bersambung itu sinetron. Maka semua kisah dan cerita yang bersambung dan memiliki hubungan dianggapnya sinetron, termasuk kasus Bank Century. Walaupun beratus kali orang mengatakan itu bukan sinetron, tetap ia pada pendiriannya.

“Aku tahu kau suka nonton sinetron, tapi soal kasus Bank Century itu bukan sinetron. Tak dapatkah kau membedakannya?” kataku suatu hari saat aku sedang mengajar di rumahnya.

“Tidak, Pak Guru Gam, kau seorang guru, tapi mengapa kau bisa sebodoh itu. Bagaimana masa depanku kalau aku diajar oleh guru sebodoh dirimu. Oh tuhan sepertinya ayah salah memilihkan guru untukku.” Begitulah komentarnya bila aku mengatakan kasus Bank Century itu bukan sinetron.

“Pak Guru Gam, aku selalu penasaran pada sinetron, aku selalu sabar menunggu sambungannya. Tapi sinetron Bank Century sungguh membuatku tak sabar sama sekali. Entah kapan tamatnya, lama sekali. Tak sama dengan sinetron Bibit-Candra dan atau Antasari Azhar dan sinetron lainnya. Kalau sinetron lain anak mudanya jelas, tapi kalau ini aku bingung siapa anak mudanya?” tuturya di tengah pembelajaran.

“Menurutmu siapa anak muda di sinetron ini? Kalau tak tahu yang mana anak mudanya aku sulit memberi dukungan,” selidikku.

“Tak tahulah Bayu, mungkin itu sinetron kelas tinggi, seperti telenovela atau film-film barat, suka bikin penasaran dan kejutan. Semakin susah ditebak semakin suka orang nontonnya Pak Guru Gam.”

“Oya Pak Guru Gam, kalau begitu aku tak boleh melewatkannya sekalipun. Ayo kita tebak-tebakkan siapa anak mudanya, sang presiden atau bukan?”[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.