Haiiii. Saye Upin, ini adik saye Ipin. Kite orang ke, hari ini puase. Kira-kira begitu kata dua tokoh kembar dalam film animasi Upin & Ipin, produksi Les’ Copaque. Film bertemakan pendidikan anak ini dirilis pada 14 September 2007 di Malaysia. Mulai populer di Indonesia sejak 2009. Demikian halnya anak-anak Aceh yang seperti terhipnotis oleh aksi ciamik si kembar yatim piatu dan kawan-kawannya itu.
“Bahkan, saking hebatnya film itu, kita orang Aceh meniru percakapan pemeran film itu dalam kehidupan sehari-hari. Hana malee,” kata Ari. “Tapi film ini sangat bagus untuk pembelajaran anak-anak, bernuansa islami.”
Sayangnya, Upin Ipin bukan produksi Indonesia. “Kita kalah cepat di segi perfilman. Indonesia cuma pandai bikin film horor. Menciptakan hantu-hantu buatan. Menakutkan anak-anak. Kesannya, menyampaikan pesan pada anak-anak Indonesia, bahwa hantu itu ada,” komentar Ari menggebu-gebu kepada peserta seminar perfilman Indonesia di aula kampus.
Itu artinya, Malaysia selangkah lebih maju dari Indonesia—yang lebih dulu merdeka—dalam hal perfilman. Sejauh ini Indonesia belum pandai memproduksi film animasi atau kartun. Memang ada satu-dua film animasi, tapi tak mendunia. Untuk belajarnya, pemuda-pemuda Indonesia atau Aceh khususnya, harus belajar ke Amerika Serikat, pusatnya studi film animasi. “Di sana,” kata Ari, ada studio Walt Disney Productions sebagai tempat studi, selain ke: Digital Media Arts College di Boca Raton, Florida, Art Institute of Pittsburgh-Divisi Online yang memiliki lebih dari 40 lokasi di Amerika Serikat dengan Online Programs atau ke Ex’pression College untuk Seni Digital yang terletak di Emeryville, California.
Walter Elias Disney atau lebih dikenal Walt Disney, kelahiran Desember 1901 di Chicago adalah seorang produser film, sutradara, animator, dan pengisi suara berkebangsaan Amerika Serikat. Ia terkenal akan pengaruhnya terhadap dunia hiburan abad ke-20. Sebagai ko-pendiri Walt Disney Productions (bersama Roy O. Disney), Walt Disney menjadi salah satu produser dan penerbit film paling terkenal di dunia. Perusahaan yang didirikannya, kini dikenal sebagai The Walt Disney Company.
Beberapa film animasi produksi WDP yang sangat disukai anak-anak Indonesia antara lain Mickey Mouse, Donald Duck, Gufi, dan Pinocchio. Ada juga film animasi karya orang-orang di AS selain Walt Disney yang sangat digemari hingga hari ini seperti Tom and Jerry, Scooby Doo, dan SpongBob SquarePants.
Selain AS, agaknya Jepang di posisi kedua dunia dalam hal film animasi. Film animasi yang sangat disukai anak-anak Aceh dari negeri matahari terbit itu, antaranya, “La la la … Aku sayang sekali, Dora Eeeee mon,” lantun Ari pada peserta. Ya, film seperti Dora Emon, Kapten Tsubasa, Dragon Ball Z, Detektif Conan, Naruto, dan Crayon Sinchan.
Di Jepang juga punya perguruan tinggi yang mengajarkan animasi, seperti Universitas Meiji dan Osaka Internasional School of Culture and Language (Sekolah Internasional Osaka Kebudayaan dan Bahasa Jepang).
“Apa pentingnya film animasi?” tanya peserta. “Pertama sekali, ia mendidik. Kedua menghibur. Bukankah film Upin Ipin sangat disukai anak-anak Aceh? Tentu disukai banyak orang karena ia bermanfaat bagi orang lain. Barangkali, karena Indonesia tak bisa sendiri, ya, merelakan saja orang Malaysia, Amerika, Jepang, yang mengajari anak-anak negeri ini melalui film animasi mereka.”
“Tapi, kami tak sanggup sekolah ke sana. Apalagi mengharapkan modal orangtua yang peduli pendidikan. Jangankan untuk sekolah anak, untuk beli beras saja susah. Ini bagaimana?” tanya peserta. “Nah, itu dia. Anak-anak Indonesia selalu bermasalah dengan keuangan untuk menyambung pendidikan. Ini solusinya, pemerintah Indonesia menganggarkan beasiswa ke luar negeri untuk semua jurusan, jangan untuk jurusan tertentu saja. Kedua, melalui lomba film animasi yang pemenangnya mendapat tiket gratis berkunjung ke studio Walt Disney atau tempat-tempat tadi, seperti baru-baru ini. Ini artinya berusaha dari diri sendiri.”
Pun begitu, “kalau kita mau,” mudahnya bisa belajar dengan mencari cara-cara dan teori atau teknik-teknik pembuatan film itu di internet, tanyakan Profesor Gugel, lalu praktikkan pada komputer sendiri. “Seperti yang sedang dilakukan seorang teman saya. Dan ia sudah bisa membuat animasi walau sedikit dan dasar saja. Barangkali akan mendunia beberapa tahun lagi. Yang penting kemauan,” ceramah Ari.[]