About

Cang Panah, Sigö Cang Duwa Boh Keumah

SALEUM meuturi kamo bak dron nyo mamandum nyang ulon peumulia. Budaya Aceh kaya lagoina. Sepuluh jemari kami susun rapat, makbulkan kami memperkenalkan rubrik, ikhwal Cangpanah. Apakah gerangan?

Tersebut dalam bahasa endatu, cangpanah berasal dari kata cang atau cincang. Panah bukanlah anak panah, tetapi buah nangka yang harum baunya lagi bergetah.

Nangka tua yang kuning ranum enak dimakan. Nangka muda jadi gulai sayur. Bisa jadi pelengkap gulai (kari) daging kambing. Ikhwal sang juru cincang, mengupas kulit, membelah daging dan biji, diramu bumbu khas Aceh, sungguh menjadikan masakan bertambah nikmat. Disajikan dalam gulai daging yang aromanya merangsang nafsu makan.

Sang juru cincang buah nangka, alias yang sedang mencincang, alias cangpanah tadi, sambil bekerja juga sambil jual obrolan ‘pepesan kosong’. Lalu lama kelamaan berkembang menjadikan konotasi ganda dalam pergaulan keseharian. Bukan hanya semata diartikan mencincang buah nangka, tapi juga bermakna suatu percakapan tentang suatu kejadian.

Kejadian apakah? Bisa tentang Milad Gam, mungkin Gubernur Irwandi tidak hadir, jadi isu menarik bukan? Bisa seperti penumpang yang tewas dalam pesawat, lalu sang isteri yang mendampingi pingsan seketika. Bisa pula tentang isu mutasi pejabat, atau gempa yang susul menyusul, kisah pawang penangkap harimau.

Apa saja bisa dibahas, dibicarakan beramai-ramai. Atau cukup berdua saja. Terserah, maunya Anda  bagaimana? Budaya cangpanah ada di sekitar kita.

Jadi, kata cangpanah mengandung makna lebih dalam. Cang panah berkonotasi lebih jauh, bukan dalam makna leterlijk tadi. Berawal dari suatu obrolan ke barat tidak, ke timur bukan. Percakapan debat kusir atau monolog yang tak ada kata putus. Tidak ada kesimpulan. Silakan simpulkan sendiri.

Obrolan-obrolan semacam itu kini ramai di warung kopi. Pesertanya bebas. Dari rakyat biasa, PNS, sampai politisi dan gubernur sekalipun, boleh nimbrung, atau membawa satu thema. Lalu loncat ke thema lain, tiada kata putus. Putusan ada pada diri kita.

Rubrik Cangpanah dihadirkan dalam Harian Aceh mulai hari ini, untuk lebih menyemarakkan isu-isu seputar kita. Anda pun boleh ikut meramaikan.

Selamat mengikuti Cangpanah besok pagi.

Note:

Ini Cangpanah pertama di koran Harian Aceh yang ditulis oleh Said Muchsin terbit pada 22 Februari 2007. Rubrik ini juga digagas oleh beliau.

Semua artikel yang dalam blog cangpanah.my.id adalah arsip tulisan kolom Cangpanah koran Harian Aceh yang terbit di rentang tahun 2007 – 2010.

Tagline ‘Sigö cang duwa boh keumah’ dicetuskan oleh Thayeb Loh Angen.

Copyright / Hak Cipta ada pada Penulis Cangpanah Koran Harian Aceh.

Cangpanah.my.id sebagai media arsip digital ebook, situs dirawat dan dikelola oleh InsertApps.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.