KATA “lebay” tak ada dalam kamus bahasa Indonesia manapun. Namun Jailani mengetahui ‘sejarahnya’ kemudian hari dari hasil riset internet dan imaji. Kata “lebay” mulai terdengar di Indonesia pada 2006-an. Diucapkan ketika ada suatu hal dilakukan secara berlebihan tanpa mempertimbangkan dampak terhadap diri si pengucap dan lingkungannya. Dengan pede sekali seseorang/sekelompok orang/suatu lembaga melaksanakan suatu hal secara berlebihan tanpa atau kurang memperhatikan manfaatnya. Lebay lebih dikenal sebagai istilah gaul dalam percakapan remaja atau anak muda.
Di Aceh sendiri, kata Isan pada Jailani, kata “lebay” mulai terdengar pada 2007-an. Semakin kerap disusupi dalam perbincangan di tahun 2010. Sedikit saja seseorang melakukan atau berekspresi secara berlebihan dan berbeda dari yang lain serta kurang diterima akal sehat, maka akan dicibir oleh pendengar, “Alah, lebay..”.
Kesan lebay itu, kata Jailani, tujuannya mungkin untuk mencari sensasi, kepentingan politik, kepuasan diri, dan tebar pesona. Mahasiswa komunikasi itu bukan tanpa alasan, salah satu contohnya adalah seperti yang tersiarkan di koran baru-baru ini. Pemerintah Aceh mencanangkan 2013 sebagai tahun kunjungan wisata Aceh dengan tajuk ‘Visit Aceh Year 2013’.
Jailani heran menanggapinya, apa pemerintah tak ada program lain untuk mensejahterakan rakyat atau mencari nama dari mata internasional? “Pemerintah ka geucet langet (Pemerintah sudah bermimpi),” komentar Brahim. Sebagai pemuda Aceh, mereka merasa pantas menyuarakan isi hati dengan tujuan sebagai kontrol sosial. “Bukankah untuk melaksanakan VAY 2013 itu butuh dana yang berlimpah? Bukankah sebelumnya harus membangun dan memperbaiki infrastruktur di seluruh pelosok Aceh? Memoles di sana-sini, dan pasti persiapannya tak cukup dua tahun,” ceramah Ari pada kawan-kawannya di kos kumuh Darussalam, tengah malam.
Lalu Isan melanjutkan, benar apa yang Ari sampaikan. Ia mencontohkan pada program Visit Banda Aceh Year 2011. Program kunjungan wisata ini terkesan seperti Banda Aceh Drainase Year 2011. “Bayangkan sudah sampai bulan Maret, pengadaan drainase belum tuntas. Ditambah lagi dengan penggalian kabel fiber. Kedua proyek ini sangat mengganggu pengguna jalan di ibukota provinsi ini. Polusi udara akibat banjir debu tak terelakkan,” keluh Isan.
“Waktunya tidak tepat. Dinas-dinas terkait di kota Banda Aceh belum siap,” kata Ari. Memang ada beberapa event atu item yang telah dilaksanakan, tapi, kesannya tertutup oleh kehebohan keluhan warga kota terhadap pengadaan got di sepanjang jalan kota. “Tapi kalau dipikir-pikir, kalau bukan sekarang kapan lagi diadakan got?” tanya Brahim. “Ya, juga ya. Gampang, “tahun kunjungannya ditunda saja. Geser ke 2012 kan bisa. Lebih siap malah,” sambar Jailani. Namun nasi sudah jadi bubur.
Karena keadaan demikian, kata Isan, ada komentar warga, “Visit Banda Aceh Year 2011 lagee hana meupeue sapeu (seperti tak ada apa-apanya). 2011 sama chit ngon thon-thon seugolom jih (sama juga dengan tahun-tahun sebelumnya).” Ada juga berkomentar, “terkesan seperti ada gap antara Pemerintah Aceh dengan Pemerintah kota Banda Aceh. Seperti ada jarak antara Pemkot atau Disbudpar Banda Aceh dengan dinas-dinas lain. Meski spanduk dan iklan promosi VBAY dipublikasi di mana-mana, termasuk di setiap gedung dinas, tetap antara mereka bagai tak bersatu. Masing-masing kerja sendiri.” Bahkan, “akibatnya ada turis yang kebingungan saat tiba di Banda Aceh karena tidak tersedianya map (peta) gratis kota Banda Aceh di tempat-tempat umum.”
Nah, VBAY 2011 saja yang hanya di satu kotamadya tak berjalan lancar, apalagi di seluruh kabupaten/kota Aceh nantinya. Bukankah itu lebay namanya. Sehingga, ciri khas Aceh terkesan seperti bertambah satu lagi. Dari hanya Aceh terkenal dengan “pungo-nya” seperti dituliskan Taufik Al-Mubarak dalam bukunya berjudul “Aceh Pungo”, mulai sekarang mungkin akan populer dengan “lebaynya”. Lalu, benarkan Aceh lebay? “Homhai,” pungkas Jailani sambil seumeungeup (menguap).[]
Namanya juga cita2…, logikanya minta 1.000 dapat 10 (1%’nya), minta 10.000 dapat 100, minta 100.000 dapat 1.000…, syukur2 yang berkembang bna’nya dari pada tidak sama sekali???, kan lebih pungo, lagian semua dinas kan sudah diplot dananya, kalo dinas pariwisata, mungkin itu yang terbaik dan dianggap bisa mensejahterakan masyarakat dari adanya VAY 2013.
salam