Polem, ada berita rayek hari ini, keluarga tersangka penimbun semen di Keude Geudong, Aceh Utara, tertipu oknum yang mencatut Kasat Reskrim Polres Lhokseumawe. Istri Nurdin menyuruh abang iparnya, Muhammad Nasir, mentransfer uang senilai Rp3 juta ke rekening bank milik onum tersebut. Ini duit supaya dia bisa bebas.
Itu uang sudah ditransfer kepada oknum yang namanya Hery Gunawan, BNI Cabang Fatmawati di Jakarta. Tapi rupanya itu Cuma penipuan saja yang mencatut nama polisi.
“Inilah Dokaha, sekarang apa saja urosan pokoknya duitlah. Mau betoi atau tidak betoi, pokoknya percaya saja, semua urusan pakai duit. Nah, hasilnya termakan sama tukang tipu itu, si penimbun semen. Sudah rugi, buntung pula lagi rejekinya. Kurang pariksa dia.”
“Inikan jaman UUD bang? Ujung-ujungnya duit.”
“Ya memang begitu. Tapi kan harus pariksa itu toke semen yang lagi panik dalam sel polisi. Mau percaya sama tukang catut? Harusnya istrinya tanya sama Kasat Reskrim, apa betoi minta duit? Ini tanya saja tidak berani, tau-tau transfer duit. Kan hanco dia? Tapi kalau kasih saya yang lagi miskin kan dia dapat pahala. Betoi Dokaha?”
“Betoi bang. Banyak sekali cengkunek urosan semen. Timbon sana, timbon sini mencawik lam kantong si tukang catut. Makanya jangan jadi tukang timbon. Lebih baik timbon Lumpur Lapindo yang airnya tak pernah henti keluar dari perut bumi.”
Supaya mahfum, cengkunek itu sangkutan. Dari sangkutan baju, jemuran atau bahkan berbagai urusan pun tersangkut. Nah, siapa yang mau tersangkot cengkunek? Lapor sama Dokaha saja, ya. tapi kalau boleh Dokaha berpesan, pekerjaan orang seperti itu, seperti penimbun semen itu maksudnya, tak usah ditiru, nanti tersangkut cengkunek kayak dia. Kan kita punya wasiat Indatu: buet gob bèk tarindu, meukeumat iku han ék tahhila.
Beutoi???[]