Haba Cakeuk

Masih ingat haba Cakeuk? Sebuah dialog yang merepresentrasikan betapa rumitnya sebuah sosial sistem, yang sudah terjadi sejak lama di negeri Cakeuk. Persoalan rumit, saling tidak bertanggung jawab, undisiplin, tidak berpikir jangka panjang, hanya berpikir kepentingan masing masing. Semua lepas tangan dan hukum bisa dibeli dan dipermainkan.

Hukum yang memang tidak pernah bisa dipegang, di negeri Cakeuk itu. Elang, sebagai penguasa tinggi, bisa ngeles, dan tidak ada yang berani menggugatnya. Ia menjawab sesuka hatinya.

Keluhan sang Cakeuk selesai dengan dialog ringan saja—dalam sebuah pengadilan langit. Ada saja alasan para tersangka, dan semua menjawab tanpa beban, karena yakin mereka tidak akan terkena hukuman. Mereka tahu, bila satu terkena, maka semua akan kena.

Toh ada Elang (kleueng), si perkasa sebagai tersangka terakhir. Aman semua! Dan komunitas seperti ini ada karena proses politik khas para hewan sendiri, yang kurang bertanggungjawab, kurang beretika, keu galak galak, serta menghalalkan segala cara.

Dan kehidupan di negeri Cakeuk terus berjalan, tanpa solusi.

Padang ilalang tetap subur dan terus menyemak, tanpa ada yang peduli, kecuali sang Cakeuk. Beginilah kira kira dialog Haba Cakeuk, yang terjadi di tengah padang ilalang tinggi, di mana Cakeuk menangis kesulitan mencari rezeki makanannya.

Ia mengeluh betapa rumitnya ia harus memperoleh makanan, rezeki yang halal, di tengah batang ilalang yang tinggi. Dan suara langit turun bertanya pada saksi, dan terdakwa. Anggaplah pengadilan langit ini terjadi di sebuah negeri, yang konon sedang berbenah, berdemokrasi, negeri sang Cakeuk yang malang, dengan saksi pertama adalah sang ilalang (naleung) :

Pakon panyang dikah hai naleung?
Hana so rot di lon hai Po.
Pakon han ka rot di kah hai keubeu!
Ha na so rabe di lon hai Po.
Pakon han ka rabe di kah aneuk miet?
Sakeet pruet di lon hai Po.
Pakon saket di kah hai pruet?
Bu meuntah di lon hai Po.
Pakon meuntah di kah hai bu?
Kaye basah di lon hai Po.
Pakon basah di kah hai kayee?!
Ujeun touh di lon hai Po.
Pakon ka touh di kah ujeun?
Cangguek lakee di lon hai Po.
Pakon ka lakee di kah cangguek?
Uleu coh di lon hai Po.
Pakon ka coh di kah Uleu?
Kleung tak di lon hai Po.
Pakon ka tak di kah hai Kleung?
Galak galak kutak sigo!!

Di negeri Cakeuk, kelihatannya semua bisa meugalak galak. Apalagi bagi Kleung yang merasa menguasai padang ilalang dan bisa terbang dengan “perkasa”.Ia bahkan mempermainkan “pengadilan langit”. Cakeuk Luwuek luweuk hanya bisa tepekur…[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.