Isi Kepala

“SEMESTA mentakdirkan setiap manusia terlahir dengan jumlah saraf berbeda di dalam kepala,” kata Ben kepada Ma’e. Mereka sedang berdua di balai-balai pinggir sawah dalam kelumunan alam sore yang cerah. Ben berprofesi sebagai dokter dan menjabat sebagai kepala pusat kesehatan masyarakat kecamatan. Ma’e menggeluti usaha di bidang kontraktor.

“Orang-orang yang jumlah sarafnya lebih tinggi,” sambung Ben, “dapat ditandai dengan ukuran kepala. Orang yang ukuran kepalanya lebih besar, jumlah sarafnya lebih banyak, dan begitu sebaliknya. Mereka yang berkepala besar acap lebih cerdas dari yang berkepala kecil. Lantas bagaimana kita mengakali kepala besar dan kepala kecil agar dua-dua itu sama tinggi kebermaknaannya bagi kehidupan ini?”“Dalam hal ini saya punya pendapat,” kata Ma’e. “Orang berkepala besar harus menggeluti banyak hal, terutama hal-hal yang besar dan mempelajari segala sesuatu dengan sangat serius agar setiap saraf yang ada dalam kepalanya tidak ternonaktifkan secara sia-sia dan dari itu diharapkan penemuan-penemuan baru bagi kemaslahatan kehidupan. Sedangkan orang-orang berkepala kecil harus menggeluti satu hal saja namun harus mendalam, di sinilah ia bisa menjadi orang yang sangat bermakna sebagaimana orang berotak besar yang mampu mengurus banyak hal-hal besar.”

“Kamu benar, Ma’e,” kata Dokter Ben. “Dan menurut saya, kamu tergolong orang yang berkepala besar, tetapi kenapa kamu menggeluti satu hal saja?”

“Oo,” timpal Ma’e. “Jadi pemborong itu, apalagi pemborong proyek-proyek pemerintah, bukan hanya sebatas pekerjaan diri sendiri saja yang kita urus. Di samping itu kita juga harus mengurus orang-orang berkepala besar yang duduk di kantor asal-muasal proyek itu. Dan sebagaimana anda tahu Dokter Ben, mengurus orang-orang berkepala besar harus memiliki kepala lebih besar.”

“Tapi, Ma’e,” sergah Ben, “sebagaimana thesis kita tadi, orang-orang berkepala besar adalah orang-orang dengan kemampuan sangat tinggi dalam hal mengurus berbagai-bagai kepentingan orang lain yang dalam hal ini adalah kepentingan publik. Artinya, orang-orang yang memiliki saraf sangat banyak di dalam kepala adalah sangat berguna bagi kebanyakan orang lain baik dengan andil kesehariannya di ranah politik, sosial, tata usaha negara atau dengan hasil penemuan-penemuannya di bidang teknologi. Bukan malah seperti yang kamu bilang barusan.”

“Ya, anda benar Dokter Ben,” balas Ma’e. “Dan malah karena terlalu terkonsentrasi dalam mengurus orang-orang berkepala besar itu, saya tidak dapat bekerja secara profesional dan menggunakan dana publik secara proporsional sehingga kebanyakan proyek yang kita tangani berkualitas buruk. Begitulah dari tahun anggaran ke tahun anggaran berikutnya.”

“Tapi bukankah mereka orang-orang dengan volume saraf lebih banyak karena ukuran kepala yang lebih besar dari rata-rata orang? Kenapa mereka tidak dapat berpikir dengan lebih cerdas demi kepentingan yang lebih luas dan populer?” tanya Ben.

Jawab Ma’e, “Itu karena wilayah kepala mereka yang lebih luas itu tidak sepenuhnya terisi oleh sel-sel saraf.”

“Jadi terisi apa?” tanya dokter.

“Ek,” jawab Ma’e.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.