Lupa Ingat

Pagi bertanggal dan bulan kemerdekaan Indonesia yang mendung, Je mendatangi lapangan Blangpadang Banda Aceh untuk memantau keberlangsungan upacara bendera HUT RI ke-66. Sengaja datang karena sudah tahu kalau Inspektur Uparaca (Irup)-nya adalah Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, yang konon katanya tak pandai berpidato.

Mulanya, acara lancar saja. Tapi Je terpingkal-pingkal di suatu momen saat sang Irup memimpin lagu Mengheningkan Cipta. Seperti diberitakan kemudian, ketika lagu ciptaan T Prawit itu sedang memasuki reff dan belum berakhir, Irawandi Yusuf memberi komando mengheningkan cipta selesai.

“Hening cipta selesai,” kata Irwandi. Padahal, lagu masih berlanjut. Di akhir lagu (yang sesungguhnya), gubernur kembali mengucapkan, “Hening cipta selesai.” Satu lagu, dua kali heningkan cipta. Begitu tulis sebuah media nasional yang mengutip Harian Aceh.

Sontak saja, Je melihat, semua peserta upacara mengulum, menahan senyum. Je terpingkal-pingkal dengan nada kecil. Begitu juga dengan semua peserta. Kenapa pula seorang gubernur yang bertindak Irup tak hafal lagu Mengheningkan Cipta. Apa karena tak membaca liriknya pada secarik kertas—kebiasaan Irwandi berbicara depan umum, tanya Je hari itu.

“Maaf, keteledoran Irwandi itu memberikan citra bagi orang luar Aceh bahwa pemimpin Aceh terlihat agaknya bodoh, apalagi rakyatnya. Haha,” kata Je kemudian hari pada Ari.

“Apa Gubernur Aceh mengidap amnesia, penyakit lupa, sebagaimana mantan bendahara umum Partai Demokrat, Nazaruddin, yang setelah ditangkap ia lupa akan kasus menimpa dirinya?” tanya Ari. “Kadang pih nyo. Bisa jadi. Tapi lupanya Nazaruddin sudah jalan-jalan ke luar negeri dengan biaya negara, haha,” kata Je.

“Yaya, tidak dengan pemimpin kita. Lupanya Irwandi lupa ingat barangkali, seperti yang dimaksudkan Kuburan Band. Lupa, lupa lupa lupa, lupa lagi syairnya,” nyanyi Ari ke wajah Je. “Ah, kamu tak sikat gigi tadi pagi ya, bau amat. Bee naga. Kuning pula, bisa untuk cat boat.” Dijawab Ari, “Maaf, lupa juga. Hehe, tapi kamu kenapa pakai baju terbalik?” Oo, “lupa juga. Tapi ini, kata tetua Aceh, bertanda akan datang rejeki. Yaya,” sahut Je. Nyo kadang.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.