Paranoid

Paranoid

Hanya orang-orang cerdas saja yang bisa melabrak dunia dan membuat semesta tercengang. Kata tersebut diucapkan Pengko pada Shakir selepas mereka berdua pulang dari rapat himpunan Himatukulbasin. Perkara Pengko mengatakan demikian adalah karena dalam rapat warga tersebut, seorang anggota rapat yang konon menurut dosen berinisial BA adalah orang yang suka menjatuhkan, di sana pun bertingkah demikian.

Mungkin karena iri pada lelaki paling tampan di seantero Universitas Shah Alam itu. Ah, lupa pula selama ini dikabarkan, bahwa Pengko pernah meraih predikat lelaki paling rupawan di universitas itu.

Dasar kepicikan itu muncul pada sebuah acara, tatkala Pengko sudah menjadi ketua warga Himatukullbasin. Lelaki tak cerdas itu datang dan memprotes pada pertengahan acara itu. Pengko yang sedang berpikir merasa tersinggung—orang lain pun mungkin juga akan bersikap seperti Pengko jika ada kawannya yang demikian. Maka, musabab diprotes itu Pengko menjadi kalap. Sebab, jika memang dipikirkan secara bijak, tentu konyol betul seorang yang pernah memimpin berlaku demikian. Bukankah sebaiknya ia datang dengan sebongkah solusi, bukan malah meninggikan suara.

Terkadang memang kita tidak menyadari bahwa kesalahan fatal terletak di pundak kita sendiri. Bahwa menuruti ego adalah bukti betapa bodohnya kita. Namun, lelaki itu benar-benar rupanya tak tahu diri. Ketika dinasehati ia malah berkelit dan memperumit keadaan. Maka, rapat menjadi semakin tidak efektif. Apalagi lelaki yang bernama—penulis lupa namanya, sebab ia bukan tokoh di Himatukulbasin, maka sebut saja Rahul (agar keren)—itu berpegang pada idealisme sempitnya. Ia tak mau dibantah sama sekali. Namun, ia sangat suka memperkeruh keadaan.

Rahul adalah seorang penderita paranoia, atau lebih dikenal sebagai seorang paranoid. Paranoid didefinisikan sebagai penyakit mental di mana seseorang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya. Penyakit ini akan memunculkan delusi atau mempertahankan keyakinan palsu, adanya gangguan emosi, dan pada umumnya tidak menyukai orang lain karena ia yakin orang lain tidak menyukainya.

Pengko belajar untuk sabar. Rahul semakin melonjak-lonjak. Namun itu, Pengko merasa terusik pada sikap Rahul yang mulai menyusup ke komunitas yang digiati si tampan, Pengko. Para awak komunitaas tersulut kemarahannya hingga hendak mengajak Rahul yang konyol duduk untuk membahas maksud komentarnya di komunitas itu. Maka, panaslah keadaan. Si Rahul yang merasa masih pemimpin itu, padahal sudah tidak lagi itu, mengomentari sikap Pengko dimana-mana. Bahkan ia mengumpat Pengko di belakang si anak raja pada tetua-tetua Himatukulbasin.

Terdengar kabar bahwa Pengko mulai dibenci oleh tetuanya musabab fitnah dari Rahul. Pengko santai saja. Kemudian Pengko duduk dengan kawan-kawan se-komunitas, dan se-Apache. Para cerdas itu memberikan solusi, bahwa menanggapi orang konyol dan tolol secara berlebihan adalah suatu bentuk ketidakbijakan. Di antara mereka tiba pula kanda Solomon yang tampan—walaupun tak setampan Pengko—yang sekarang sudah menjadi jaksa. Dia berkata dengan bijaknya, jika kau berpikir pada tanah, maka tanahlah yang akan membesarkanmu, Pengko! Maka, rajin-rajinlah berpuasa agar nanti tak dihimpit tanah waktu kau mati, kata Solomon. Jeh, kaitan perumpamaan dengan maknanya apa?

One thought on “Paranoid

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.