Police Syndrome

Police Cartoon
Polisi (Narian Aceh/Nurhadi)

Tragis benar nasib Manowarah. Setelah memproklamirkan diri sebagai fans terberat Briptu Norman Kamaru, tiba-tiba anggota brimob itu dipecat oleh bosnya. Raiblah sudah kekagumannya.

Padahal Manowarah telah bela-belain mengalokasikan uang tabungannya untuk membeli poster Norman. Tak tanggung-tanggung, bahkan ia harus menyewa becak untuk mengangkut poster yang seabrek itu. Sebagai fans fanatik, tentu saja ia harus memiliki semua gaya Norman dalam poster agar bisa ditempatkan di seluruh dinding kamar.

Dari rumahnya hanya terdengar lagu Norman saja. Setiap hari ia menyetel musik keras-keras. Atau bila perlu ia ikut berduet pula sambil menari-nari ala Shahrukh Khan, seperti yang Norman lakukan.

Padahal ia sama sekali bukan penyuka lagu India. Katanya kampungan dan tak level dengannya. Tapi giliran dipopulerkan seorang polisi, lagu itu kian terasa manis di pendengarannya.

Apalah daya ketika Norman tak lagi jadi polisi. Chaiyya-chaiyya tak lebih dari lagu yang dibawakan penyanyi di pesta perkawinan. Tak ada yang istimewa tanpa seragam polisi. Norman di mata Manowarah ibarat penyanyi dangdut orkestra keliling. Mungkin ini yang dinamakan police syndrome.

“Kupikir tak ada bedanya jadi polisi atau tidak, yang penting kan suaranya. Banyak penyanyi yang bukan dari kalangan polisi, bahkan mereka lebih populer dan dikagumi,” kataku pada Manowarah ketika ia curhat padaku.

“Kau tak mengerti Gam, betapa kharismatiknya seragam polisi itu,” katanya seperti orang putus asa. Seakan ia telah dikhianati sang kekasih, terhempas dan hampa. Kupikir ia butuh seorang psikiater.

Namun ternyata Manowarah telah salah anggapan. Tak selamanya polisi itu terlihat berkarisma dan mengagumkan. Apalagi banyak kasus yang menyandung institusi tersebut. Mulai dari kasus narkoba, pembantaian, sampai hal yang remeh-temeh seperti kasus sandal jepit.

Di saat semua orang miris dengan serentetan peristiwa itu, Manowarah malah tersenyum penuh sukacita. Poster-poster Norman yang telah digulung ditempelkan kembali. Rumahnya kembali semarak dengan Chaiyya-chaiyya dan cinta-cinta.

“Untunglah Norman bukan polisi lagi, bila tidak, sungguh akan hancur karirnya. Karena citra polisi semakin buruk,” ucap Manowarah kegirangan.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.