86

Di sebuah Negara Tak Bertuan dan Gampong Tak Bernama, kata 86 kini sedang begitu popular. Kepopuleritasnya sanggup mengimbangi berita sosok manusia kulit hitam, Obama yang kini menduduki singasana tertinggi di Negara Adi Kuasa, Amerika Serikat.

Kalau pembaca tak percaya, silakan anda tanya saja pada jaksa, polisi, hakim serta pengacara dan wartawan. Konon, kata itu yang paling sering mereka sebut siang malam, dan kata itu pula yang membuat mereka naik sedan.

Stss! Di gampong Abu Din yang jauh di seberang sana, banyak penyimpangan dana negara untuk rakyat. Penyimpangan itu disebut korupsi, kini merajalela. Penyimpangan itu ada di ibukota kerajaan, gedung tempat umara, hingga ke sudut gampong yang biasa mereka panggil geuchik. Namun gara-gara angka ’86’ kasus korupsi itu terdampar di sana, kasus itu dipendam dan ditimbun dengan pasir sehingga luput ditelan waktu.

“Gampong kita dipimpin oleh malaikat sehingga kesalahan tidak mungkin ada yang dapat diproses oleh jaksa, ditahan polisi serta ditulis oleh wartawan,” seru Abu Din yang notabene adalah orang paling resek di Gampong Tak Bernama. Ungkapan itu ia tuturkan ketika duduk di warung kopi bersama stakeholder gampong.

Ah, sebenarnya dia nggak tahu ada kata 86, P19 dan paling susah dicari kata P21 di sana. Abu Din yang tolol yang setiap hari kuras keringat cari nafkah untuk setor pajak yang katanya untuk pembangunan, tapi sebagian pajak itu mungkin untuk mempertebal isi kantong pejabat serta sedikit untuk wartawan yang memiliki kata 86.

Nah, bahayanya, gara-gara semua permasalahan di Aceh di-86-kan, kini setiap orang mengali sumur, membangun rumah serta membuat irigasi selalu menemukan berkas. Di sumur itu banyak ditemukan berkas bertulisan tarbiyah, dana pendidikan, pemerkosaan serta lainnya.

Abu Din jelas saja sangak-sangak lagee ureung saket ulee. Apa ya 86? Ah 86.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.