Togel

Sesaat kemarin, saya berhenti dan memarkirkan kenderaan di sebuah warung kopi di kawasan pusat Kota Banda Aceh, tepatnya di sebuah gedung perbankan yang sekarang tidak difungsikan lagi. Saya melihat seseorang sedang memberikan secarik kertas warna putih kepada seorang lainnya yang usianya sudah menjelang senja. Sepintas tulisan di kertas itu tampak berisikan angka-angka dengan jumlah uang.

Karena penasaran, saya mencoba bertanya kepada si pemberi kertas tadi. “Nggak usah dipikirkan itu, kita lebih baik beli nomor togel, nggak mengganggu orang lain, daripada korupsi,” katanya menjawab pertanyaan saya.

Dia pun menjelaskan kalau zaman sekarang apa yang didengungkan pemerintah itu semuanya bohong serta tidak ada yang terrealisasi. Cambuk, potong tangan, rajam, dan segala tetekbengek yang lahir di zaman Syari’at Islam ini, katanya, hanya sebatas program yang tidak berjalan semestinya.

Melihat keajaiban tersebut, kita mungkin bisa menafsirkan betapa rakyat sekarang ini dengan lantang menjawab sesuatu yang salah dan mensinyalir apa yang ia lakukan itu dalah benar. Kita dapat mengamati betapa masyarakat masih merasa ragu syariat Islam dapat berjalan di Nanggroe Aceh Darussalam ini secara khaffah, sebab bagi mereka yang seharusnya mengawasi jalan syariat di sini, juga melakukan pelanggaran, meskipun tidak semuanya.

Walhasil, pelanggaran di atas pelanggaran pun semakin marak. Salah satunya, sebut saja “judi togel”. Akhir-akhir ini kita dapat melihat secara langsung bagaiman transaksi judi togel itu  di setiap sudut Kota Banda Aceh.

Kembali kepada sipembeli togel atdi. Setelah beberapa saat kemudian saya bercengkrama dengan pembeli togel itu, ia memberitahukan tempat ia bekerja. Saya terkejut ketika ia berkata kalau tugasnya di Polda Aceh, meskipun tidak memberitahukan namanya siapa. Dari itu, saya berpikir kalaulah penegak hukum sendiri sudah melakukan tindakan yang seharusnya dia berantas, siapa lagi yang akan memberantas judi di Nanggroe Syari’at ini?

Tanpa sadar pun ia menceritakan apa-adanya. Judi togel menurutnya adalah sesuatu pekerjaan yang susah dibuktikan dan susah juga untuk diberantas. Baginya, judi togel lebih baik ketimbanga merampas harta orang dan membunuh orang lain. “Toh, togel dibeli seseorang dengan uangnya sendiri dan tidak pernah memintanya kepada orang lain, kenapa mesti dilarang?” katanya

Untuk membela kebenaran yang dia ucapkan, pembeli togel itu mengatakan koruptor yang telah memakan uang rakyat begitu banyak, kenapa tidak dihukum oleh penegak hukum. “Sekarang ini tidak perlu memikirkan orang lain, biarlah ia lakukan seenaknya asal jangan membunuh dan merampas, toh pemerintah pun hanya bisa buat program dan program,” imbuhnya.

Saya tak tahu lagi harus berkata apa mendengar seorang penjaga/pengawas keamanan berkata seperti itu. Saya hanya dapat melongo sambil berpikir wallahua’lam bissawab untuk negeri ini. Namun, perbolehkan saya petik sebuah pepatah bijak dari teman sekantor saya. Katanya, kullu nafsin geubeut bak ulee, nyan barô tathèe tatinggai donya. Oh, jangan sampai seperti itu…[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.