Pagi bertanggal dan bulan kemerdekaan Indonesia yang mendung, Je mendatangi lapangan Blangpadang Banda Aceh untuk memantau keberlangsungan upacara bendera HUT RI ke-66. Sengaja datang karena sudah tahu kalau Inspektur Uparaca (Irup)-nya adalah Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, yang konon katanya tak pandai berpidato. Mulanya, acara lancar saja. Tapi Je terpingkal-pingkal di suatu momen saat sang Irup […]
Kategori: Budaya
Makmeugang
Pelaksanaan makmeugang atau urau meugang sudah turun temurun dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat Aceh. Makmeugang dilaksanakan 3 kali dalam setahun yaitu meugang puasa, meugang urau raya puasa, dan meugang urau raya haji. Penamaan hari makmeugang itu berasal dari kata gang dalam Bahasa Aceh berarti pasar, di mana dalamnya terdapat penjual daging. Dan makmu, ada istilah […]
32/13
“Saya lahir tanggal 32 bulan 13 tahun…,” kata Ari sambil menggaruk-garuk kepala mengingat-ngingat tahun berapa ia lahir. Ia sedang memperkenalkan diri di depan kelas VII A SMP Benih Negeri. Diucapnya kalimat tadi pada kawan-kawan barunya. Sepontan seisi kelas tertawa terbahak-bahak, termasuk Buk Ajijah sang guru Matematika. Pantas saja. Mana mungkin tahun Masehi bertanggal 32 dan […]
Bahasa Ser
Ada-ada saja sebagian orang Aceh dalam berbahasa. Era 1990-an semasa Jailani kecil, ia mendengar bahasa unik yang digaung-gaungkan orang kampungnya. Ia mendengar orang-orang berbicara dengan menggunakan awalan ‘ser’ pada setiap sukukata yang diucap. Saat itu ia hanya mendengarnya di Pidie. Namun ketika ia sudah kuliah, ternyata penggunaan kata ‘ser’ juga terdapat di kabupaten lain di […]
Pèh Bruek
Ketika sedang online Pengko teringat kampung halamannya. Masa kecil dihabiskannya dengan bermain-main bersama kawan-kawannya. Dan jika teringat itu ia akan terbayang pada Seunuman, kawannya yang paling suka memanjat batang rumbia. Seunuman memiliki hobi bermain dan bermain peh bruk (ketuk tempurung kelapa). Bermain peh bruk adalah kebiasaan anak-anak kampung jika sudah tiba bulan purnama. Sepulang mengaji […]
Texas = Tangse
Ada beragam kata-kata singkatan, pelesetan dan penyamaan yang lebay di Aceh untuk menyebutkan suatu tempat. “Ada bernuansa Barat, Timur Tengah, atau Asia,” sebut Je awali diskusi. Barangkali tujuannya untuk lebih mudah diingat. Je dkk. mulai menyebutkan yang di Banda Aceh. Gampong Lam Ateuek disingkat LA layaknya Los Angelos negara bagian Amerika Serikat. Lalu ada Ulee […]
Inggreh-Aceh
Salah satu watak orang Aceh adalah keras, sehingga dalam berbahasa, orang Aceh melahirkan kata-kata yang keras atau kasar jika tak mau disebut vulgar. Kata-kata ‘keras’ ini keluar dari mulut ketika si empunya mulut tersulut emosinya; ketika ia tak sanggup menahan lagi kemarahan atau kekesalannya. Namun dalam perkembangannya, bahasa ‘keras’ ini terdengar lembut bila diucapkan orang […]
Iblis Bawah Tanah
“Bek that kamaen-maen bak jurong, dicok lee pancuri ulee!” Secara bebas artinya, “Jangan suka-suka bermain jauh dari rumah nanti diculik oleh tukang potong leher.” Hingga era akhir tujuh-puluhan, kalimat-kalimat seumpama itu, di Aceh, terutama di kampung-kampung pedalaman cukup sering terdengar dengan penekanan intonasi sarat kegelisahan dari mulut ibu-ibu yang memiliki anak kecil. Dan si anak […]
Penganggur
Saya adalah gubernur bagi sejumlah lembu, kambing, beberapa jenis unggas dan semua jenis peliharaan di areal peternakan saya. Anda adalah gubernur bagi toko rempah-rempah dengan sejumlah pekerja yang tubuhnya selalu berbau kayu manis. You, yang di sana itu, kamu adalah gubernur bagi kebun cabai tepi gunung dengan sejumlah monyet yang tak mungkin kamu tandai wajahnya […]
Silop Jeupang
Orang Aceh sepertinya selalu mengingat suatu benda atau peralatan dengan nama yang pertama disebut. “Misal, Honda,” kata Je. Meski sepeda motor itu berjenis Suzuki SP, Yamaha Mio, Satria F atau lainnya, namun orang tetap berkata, “pinjam Honda siat.” Tak diucap: pinjam Yamaha Mio atau pinjam Suzuki F sebentar. “Barangkali karena Honda adalah merek sepeda motor […]